Sabtu, 09 Oktober 2010

A.Pendekatan terhadap studi kelompok

A.Pendekatan terhadap studi kelompok
1. Pendekatan Teoritis

a. Teori sintalitas kelompok

Teori sintalitas kelompok dikemukakan oleh Cattel .Teori ini disebut juga pendekatan emipirical-statistical oleh Catwright dan Zender serta sebagai transorientational oleh Shaw dan Contanzo (Shaw,1979).
Teori Cattel mengandung 2 bagian yang saling berkaitan (interrelated), yaitu satu bagian berkaitan dengan dimensi kelompok dan yang lain berkaitan dengan dinamika sintalitas.Dimensi kelompok mengandung tiga kategori atau panel, yaitu (a) sifat-sifat populaisi (population traits), (b) sifat-sifat sintalitas (syntality traits), dan (c) sifat-sifat struktur internal (characteristic of internal structure)
Sifat-sifat populasi adalah sifat-sifat individu yang mem bentuk kelompok.Sifat-sifat pribadi indenpenden dari kelompok dan akan dibawa ke kelompok apabila individu sebagai anggota kelompok.Sintalitas dikelompokkan sebagai kepribadian kelompok (the personality of group) atau lebih tepatnya sebagai setiap efek yang dipunyai oleh kelompok saecara total.Sifat-sifat sintalitas berpengaruh karena adanya kelompok sebagai totalitas baik terhadap kelompok lain maupun dari lingkungan dimana kelompok berada.
Sifat-sifat struktur internal adalah hubungan antar anggota kelompok dan sifat-sifat struktur yang dipantulkan dalam pola organisasi kelompok.Hubungan antara ketiga panel adalah saling bergantungan satu dengan yang lain (interdependency).Apabila kita telah mengaetahui hukum-hukum dalam perilaku kelompok ,maka akan dapat memprediksi salah satu panel apabila dua panel telah diketahui pula.



Dinamika Kelompok
Konsep pokok untuk menganalisa dinamika sintalitas adalah sinergi.tiap individu bergabung dalam kelompok dengan tujuan memenuhi beberapa kebutuhan psikologis.Sinergi merupakan totalitas sinergi-sinergi individu yang terdapat dalam kelompok.Kelompok yang tetap berusaha menciptapkan harmoni dan kohesi disebut maintenance synergy.Sedangkan apabila kelompok telah melakukannya dan ada kelebihan sinergi (sisa sinergi) disebut effective synergy.
Cattel mengajukan tujuh teori dalam menganalisa dinamika sintalitas yang sebagian besar merupakanpesfikasi sifat-sifat sinergi .
1. Kebutuhan dibentuk untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu dan akan bubar apabila sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu.
2. Besarnya jumlah sinergi dalam kelompok merupakan resultan vektorial atau hasil sikap yang ada pada para anggota.
3. Sinergi efektif dapat ditujukan untuk mencapai tujuan di luar kelompok, sehingga sinergi efektif dapat membentuk pola-pola reaksi kelompok.
4. Tiap anggota kelompok dapat menggunakan kelompok untuk mendapatkan tujuan pribadi.Aktivitas kelompok merupakan aktivitas subsider untuk beberapa tujuan pribadi.
5. Pola perilaku dalam kelompok seperti kesetiaan,ketaatan,dan sebagainya dipelajari berkaitan dengan hokum efek.Artinya, pola-pola perilaku yang mendapatkan reward yang dimantapkan.
6. Anggota kelompok mungkin mengalami tumpang tindih, tetapi sinergi total dalam kelompok.
7. Adanya kesejajaran yang erat antara sifat-sifat pribadi anggota kelompok dengan sifat-sifat sintalitas kelompok.

Sumber : Prof. Dr. Bimo Walgito , Psikologi Kelompok, Andi Yogyakarta, 2006


b. Teori Produktivitas Kelompok

Anggota kelompok yang tertarik pada kelompok akan bekerja lebih giat untuk mencapai tujuan kelompok.Konsekuen dalam keadaan tersebut adalah kelompok dengan kohesif lebih tinggi akan lebih produktif daripada kelompok yang kurang kohesif.
Penelitian di lapangan (field) lebih menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan produktivitas antara kelompok kohesi tinggi dengan kelompok dengan kohesi rendah .Penelitian Goodrace (1951) (dalam Shaw,1979) serta penelitian Hemphilldan Sechrest (1952) yang meneliti para personel militer menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan kelompok kohesi tinggi dengan kelompok kohesi rendah.
Demikian pula,Penelitian dalam bidang industry yang dilakukan oleh Van Zeist (1952a: 1952b) (dalam Shaw,1979) menunjukkan ada hubungan positif antar kohesi dengan produktivitas.Kemudian, penilitian Dimyati (2000) pun menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara kohesi dengan produktivitas kelompok.
Walaupun ada beberapa hasil penellitian yang tidak konsisten.Namun pada umumnya dapat dikemukan bahwa kejadian empiris menyokong hipotesis bahwa kelompok dengan kohesi tinggi lebih produktif daripada kelompok dengan kohesi rendah dalam mencapai tujuan kelompok.Kelompok yang kohesif akan mencoba berbuat lebih baik daripada kelompok yang tidak kohesif.
Menurut Cattel (teori sintalitas), kohesi menaikkan kohesi efektif pada kelompok dalam dua cara, yaitu menaikkan energy total kelompok dengan menghasilkan sikap yang favorable terhadap kelompok pada sebagian anggota kelompoknya dan mengurangi jumlah energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan atau memelihara kelompok.Dengan naiknya sinergi efektif, maka kelompok dapat mencapai tujuannya dengan lebih efisien.

Sumber : Prof. Dr. Bimo Walgito , Psikologi Kelompok, Andi Yogyakarta, 2006


c. Perbandingan Teori-Teori

Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya.
Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya menurut para ahli :

• Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya :
Ø Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
Ø Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
Ø Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
Ø Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
Ø Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
• Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.
• Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:
• kelompok tugas.
• kelompok pertemuan.
• kelompok penyadar.

Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh setiap anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

Teori Perbandingan Sosial
Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.

Para sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara kelompok-kelompok yang bertentangan (Manger, 1991). Dalam masyarakat yang terstruktur dalam stratifikasi yang ketat, kelompok dominan dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk memaksakan ideologi yang menjustifikasi praktek diskriminasi untuk mempertahankan posisi menguntungkan mereka dalam kelompok sosial. Hal ini membuat kelompok dominan berprasangka terhadap pihak-pihak yang dinilai bisa menggoyahkan kepercayaan mereka. Sementara itu kelompok yang didominasi pun berprasangka terhadap kelompok dominan karena kecemasan akan dieksploitasi.

Teori Perbandingan Sosial (Social Comoarison Theory)
Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat dan kemampuannya dengan individu-individu lainnya. Pada pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan, jika muncul ketidak setujuan yang berkaitan dngan suatu kejadian atau peristiwa, kalau tingkat kepentingannya peristiwa tersebut meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesivenes) juga menunjukkan peningkatan.
Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu-individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut.Teori perbandingan sosial ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penuruanan.

Teori Kepribadian Kelompok (Group Syntality Theori)
Teori kepribadian merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada cirri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence), sementara cirri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan, merujuk pada peran-peran spesifik, dan posisi status. Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan synergy, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari synergy atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok.

Teori Percakapan Kelompok (Group Achievement Theory)
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada struktur-struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok.
Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement).


Teori Pertukaran Sosial (Socual Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial.
Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Teori Percakapan Kelompok (Group Achievement Theory)
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member inputs), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada struktur-struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok.
Dan yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement).

Teori Pertukaran Sosial (Socual Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka cari.
Pendekatan pertukaran social ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Teori Sosiometrik (Sociometric Theory)
Sosiometrik merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada suatu pendekatan metodolohis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik satu sama lain akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi.Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap enggota ditanyakan untuk memberi jenjang atau rangking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok pola melalui sosiometri ini, seseorang dapat menentukan bagaimana kelompok yang padu dan produktif yang mungkin terjadi.



Sumber: 1. http://netsains.com/2008/03/tujuan-pengajaran-sains-di-laboratorium/
2. http://www.mediaskripsi.co.cc/2009/08/ragam-penelitian.html


2. Pendekatan Empiris

a. Field Study (Penelitian Lapangan)

Field studi termasuk pada penelitian empiris (yang berkaitan dengan observasi kejadian yang dialami sendiri oleh peneliti).Sebuah studi lapangan (field study) adalah kajian penelitian dalam suatu situasi nyata (riel) dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel bebas dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat oleh pembuat eksperimen sejauh memungkinkan..Jadi mengapa begitu sedikit perusahaan menyempurnakan metode studi lapangan? Mungkin salah satu karena atau lebih dari alasan berikut:
• Tidak memahami pentingnya metode ini
• Perencanaan dan melakukan studi ini baru dan asing bagi mereka
• Kesalahpahaman bahwa terlalu memakan waktu atau mahal
• Gagal dalam menafsirkan tumpukan data yang dikumpulkan

Tutorial ini akan membantu menyelesaikan masalah ini, memimpin peserta melalui ceramah dan latihan. Setelah mengambil tutorial ini, peserta akan mampu melakukan studi lapangan mereka sendiri dengan sukses.


b. Eksperimen Laboratorium
Eksperimen laboratorium adalah kajian penelitian di mana varian dari hampir semua variabel bebas yang berpengaruh yang mungkin ada, namun tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki, diminimumkan. Dilakukan dengan mengasingkan penelitian itu dalam suatu situasi fisik yang terpisah dari rutinitas kehidupan harian.

Kekuatan penelitian eksperimen laboratorium adalah
• kemungkinan untuk pelaksanaan kontrol yang relatif sempurna,
• Dapat menggunakan pembagian acak dan dapat pula memanipulasi satu atau beberapa variabel bebas,
• Tingkat ketelitian (presisi) hasil penelitian yang umumnya tinggi (asalkan prosedurnya tepat).
Kelemahan penelitian eksperimen laboratorium adalah
• kurangnya kekuatan variabel bebas menyebabkan efek dari manipulasi eksperimental biasanya lemah,
• kesemuan (keartifisialan) situasi penelitian eksperimen.

Salah satu keunikan yang terdapat dalam pelajaran sains dibanding pelajaran lain di sekolah adalah praktek laboratorium. Lalu apa yang dimaksud dengan praktek laboratorium? Secara sederhana ini adalah kegiatan praktek dan eksperimen yang melibatkan guru dan murid serta bahan pembelajaran seperti prosedur percobaan dan pemakaian alat dan bahan, yang biasanya dilakukan di laboratorium sains.
Pengajaran Sains dan Praktek Laboratorium
Seperti sudah diuraikan dalam ruang lingkup sains, tujuan pengajaran sains di sekolah bisa sangat beragam, yaitu: sains sebagai produk, sains sebagai proses, sains-teknologi dan masyarakat ataupun sains untuk pengembangan sikap dan nilai, dan pendekatan ketrampilan personal dan sosial. Secara keseluruhan berbagai kemungkinan tujuan pengajaran sains ini bisa diwujudkan melalui pengajaran sains di laboratorium.
Sains sebagai produk atau sains buku teks adalah pengajaran tubuh pengetahuan sains yang terdapat dalam buku pelajaran sains. Berbagai topik bahasan sains di sekolah biasanya diajarkan dengan beragam konsep dan keterkaitannya, serta hubungan antara berbagai konsep tadi dengan, hukum-hukum alam, penjelasan teoritis, beragam diagram, contoh perhitungan, eksperimen dll. Di Indonesia selama ini apa yang harus diajarkan dan susunan materi pelajarannya sudah ditentukan secara nasional oleh pusat kurikulum di kantor Depdiknas di Jakarta. Pada saat pembuatan isi kurikulum terdapat suatu konsensus diantara perancangnya tentang detail bagian mana yang menjadi topik sains yang harus diajarkan dan pada tingkatan mana hal itu diajarkan. Sehingga pengarang buku teks dan guru sains di negara kita tinggal mengikuti apa yang sudah ditetapkan tersebut.
Eksperimen
Eksperimen dan praktik laboratorium merupakan bagian dari metoda pengajan sains ini. Bekerja di labratorium sains adalah suatu hal yang melibat benda nyata dan juga mengamati perubahan yang dapat diamati. Ketika sains bergerak melampaui dunia pengalaman menuju gereralisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori. Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini.
Pengajaran sains melalui metoda praktek lab dapat berperan sebagai:
• untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis, persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks
• untuk memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan
• untuk melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya
• untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah. Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai pendekatan yang beragam dan cocok dalam pemakaian metoda praktek laboratorium, hal ini akan dijelaskan lebih lengkap kemudian.
Suatu hal yang sangat jelas terlihat adalah potensi praktek laboratorium yang bisa dimanfaatkan untuk melatih dan mengembangkan keahlian siswa dalam memacahkan masalah secara ilmiah. Ketika tujuan ini ditetapkan hal yang perlu dilakukan guru untuk memaksimalkannya adalah memberikan kesempatan waktu pada siswa yang lebih banyak supaya mereka bisa berpikir, berdiskusi, membuat perencanaannya sendiri dna untuk berefleksi atas hasil yang didapat.
Dalam hal pengajaran sains-teknologi dan masyarakat, terdapat dua komponen yang terintegrasi: sains itu sendiri dan cara sains tersebut berinteraksi baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Hal yang dapat diharapkan dari guru sains adalah sebanyak mungkin menarik perhatian siswa dengan melibatkan apa yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa berada. Cara yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan percobaan yang ada di lingkungan sekitar dibanding alat dan bahan yang hanya ada di laboratorium.
Melibatkan murid dalam praktek laboratorium juga bisa digunakan untuk pengembangan sikap dan nilai siswa terhadap sains. Tabel di bawah ini merangkum praktrek laboratium pada pengajaran sains dibagi dalam tiga ranah: kognitif, psikomotor dan afektif.

sumber: http://musik-borneo.blogspot.com/2009/04/metode-penelitian-komunikasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar