Jumat, 15 April 2011

Stres

Stres

A.Pengertian Stres
Istilah stres dikemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stres dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang disulut oleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Stres tidak saja kondisi yang menekan seseorang atau keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antar ketiganya

(Prawitasari, 1989). Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualsasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu stimulus, respon, dan proses.
a)Stimulus
Kita dapat mengetahui hal ini dari pilihan seseorang terhadap sumber atau penyebab ketegangan berupa keadaan atau situasi dan peristiwa tertentu. Keadaan dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stresor.
b)Respons
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen, yaitu komponen psikologis dan komponen fisiologis. Komponen psikologis berupa perilaku, pola pikir, dan emosi. Komponen fisiologis berupa detak jantung,keringat, dan sakit perut. Kedua respon tersebut dengan strain atau ketegangan.
c)Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu dimensi hubungan antara manusia dan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami bagaimana orang lain merasakannya.

B.Model Stres
Cox (dalam Crider dkk., 1983) mengemukakan tiga model pendekatan stres, yaitu Respon-based model, Stimulus-based model, dan Interactional model.
1)Respon-based Model
Stres model ini merupakan sebagai kelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencoba untuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan sulit. Suatu pola atau sekelompok dari respon disebut sebuah sindrom. Pusat perhatian dari model ini adalah sebagaimana stresor yang berasal dari peristiwa lingkungan yang berbeda-beda dapat menghasilkan respon stres yang lama.
2)Stimulus-based Model
stres model ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimulus stres. Tiga karakteristik dari stimulus stres adalah overload, conflict, dan uncontrollability. Overload adalah karakteristik ini dapat diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi. Conflict diukur ketika sebuah stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidak berkesesuaian. Situasi-situasi bersifat ambigu, dalam arti stimulus tidak diperhitungkan kecenderungan respon yang wajar. Uncontrollabiality adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas pada perliaku dimana pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.
3)Interactional Model
Model ini merupakan perpaduan dari respon-based model dan stimulus-based model. Ini mengingatkan bahwa dua model terdahulu membutuhkan tambahan informasi mengenai motif-motif individual dan kemampuan mengatasi. Pendekatan interaksional beranggapan bahwa keseluruhan pengalaman stres dalam beberapa situasi akan tergantung pada keseimbangan antara stresor, tuntutan dan kemampuan mencoping. Stres dapat menjadi tinggi apabila ada ketidakseimbangan antara dua faktor, yaitu ketika tuntutan melampaui kemampuan mengcoping. Stres dapat menjadi rendah apabila kemampuan coping melebihi tuntutan.

C.Jenis Stres
Holahan (1981) menyebutkan jenis stres yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu systemic stress dan psychological stress. Systemic stress didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non spesifik dari terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stres, misalnya racun kimia sebagai stresor. Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh stres sebagai ancaman yang kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya (Lazarus dalam Holahan, 1981).
Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapatan, dan seterusnya (dalam Heimstra dan Farlling, 1978). Hasil penelitian dari Levy dkk. (1984) ditemukan bahwa stres dapat ditimbulkan dari kondisi-kondisi yang bermacam-macam, seperti di tempat kerja, di lingkungan fisik dan kondisi sosial. Stres yang timbul dari kondisi sosial bisa saja dari lingkungan rumah, sekolah maupun tempat kerja.

D.Stres lingkungan
Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan terhadap stres psikologis, Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan dua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu dan cara penyesuaiannya pun bermacam-macam tiap masing-masing individu.
Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oleh lingkungan binaan, misalnya perkantoran, status, anggapan tentang control, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.
Fontana (1989) menyebutkan bahwa stres lingkungan berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang ribut dan kecemasan financial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.

Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stres lingkungan dalam tiga faktor, yaitu :
1.Stresor fisik (misalnya suara)
2.Penerimaan individu terhadap stresor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor)
3.Dampak stresor pada organism (dampak fisiologi)
Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stres di dalam dan di sekitar rumah adalah sebagai berikut :
1.Stres karena teman kerja (partner)
2.Stres karena anak-anak
3.Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat
4.Tekanan-tekanan lingkungan

E.Peran Stres dalam Memahami Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), stres dicirikan sebagai proses yang membuka pikiran kita, sehingga kita akan ketemu dengan stresor, menjadi sadar akan bahaya, memobilisasi usaha kita untuk mengatasinya, mendorong untuk melawannya, serta yang membuat kita berhasil atau gagal dalam beradaptasi.
Ketika tidak mengalami stres, individu umumnya menggunakan banyak waktunya untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Bahkan suatu stres terkadang tidak terkait dengan masalah ketidakseimbangan (disekuilibrium). Dimana lingkungan menyajikan tantangan yang terlalu besar atau individual dapat menghilangkannya dengan kemampuan coping behavior. Di pihak lain, individu juga dapat mengalami keduanya. Pada kondisi inilah terjadi disekuilibrium, yang bergantung dari proses-proses fisik, psikologis, dan fisiologis.
Kita akan mencoba menguraikan kondisi-kondisi dimana hal tersebut akan terjadi mencermatinya pada individu-individu yang dipengaruhi. Pada akhirnya kita dapat menyarankan cara-cara pencegahan terhadap stres dan pengaruh yang merugikan. Sehingga kedua hal tersebut dapat diasumsikan untuk dapat kita hindari.



Sumber : Hendro Prabowo. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Depok. Penerbit Gundarma

Privasi

PRIVASI

A.Pengertian Privasi
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain (Dibyo Hartono, 1986). Menurut Altman (1975), privasi adalah proses pengontrolan yang selekif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain.
Menurut Wetin (dalam Altman, 1975; Wrightman & Deaux, 1981), menjadi privasi ada empat macam, yaitu solitude, intimacy, anonymity, dan reserve. Dalam kondisi solitude, seseorang ingin menyendiri dan bebas dari pengamatan orang lain. Intimacy ialah keadaan seseorang yang bersama orang lain namun bebas dari pihak-pihak lain. Anonymity adalah keadaan seseorang yang menginginkan untuk dikenal oleh pihak lain, sekalipun ia berada di dalam suatu keramaian umum. Reserve adalah keadaan seseorang yang menggunakan pembatas psikologis untuk mengontrol gangguan yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka kita dapat mengatakan bahwa konsep privasi ternyata sangat dekat dengan konsep ruang personal dan teritorialitas.

B.Faktor Pengaruh Privasi
Terdapat faktor yang mempengaruhi privasi yaitu faktor personal, faktor situasional dan faktor budaya.
Faktor Personal. Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan latar belakng pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Sementara itu Walden dan kawan-kawan (dalam Gifford, 1987) menemukan adanya perbedaan jenis kelamin dalam privasi. Dalam hubungan privasi , subjek pria lebih memilih ruangan yang berisi dua orang, sedangkan wanita tidak mempermasalahkan keadaan dalam dua ruangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa wanita merespon lebih baik daripada pria bila dihadapkan pada situasi dengan kepadatan yang lebih tinggi.
Faktor Situasional. Beberapa hasil penelitian privasi dalam dunia kerja, secara umum menyimpulkan bahwa kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang didalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987).
Penelitian Marshall (dalam Gifford, 1987) tentang privasi dalam rumah tinggal, menemukan bahwa tinggi rendahnya di dalam suatu rumah antara lain disebabkan oleh seting rumah. Seting rumah berhubungan dengan orang, jarak antar rumah dan banyaknya tetangga di sekitar rumah.
Faktor Budaya. Penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa tiap-tiap budaya tidak diketemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987). Tidak terdapat keraguan bahwa perbedaan masyarakat menunjukan variasi yang besar dalam jumlah privasi yang dimiliki anggotanya.

C.Pengaruh Privasi Terhadap Perilaku
Altman (1975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis dari perilaku yang penting adalah untuk mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungan sosialnya. Bila seseorang mendapatkan privasi seperti yang diinginkannya, maka ia akan mengatur kapan harus berhubungan dengan orang lain dan kapan harus sendiri.
Selain itu, privasi juga berfungsi mengembangkan identitas pribadi, yaitu mengenal dan menilai diri sendiri (Altman, 1975; Sarwono, 1992; Holahan, 1982). Proses mengenal dan menilai diri sendiri tergantung pada kemampuan untuk mengatur sifat dan gaya interaksi sosial dengan orang lain. Bila kita dapat mengontrol interaksi dengan orang lain, kita akan memberikan informasi yang negatif tentang kompentensi pribadi kita (Holahan, 1982) atau akan terjadi ketelanjangan sosial dan proses deindividuasi Sarwono, 1992).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil suatu rangkuman bahwa fungsi psikologis dari privasi dapat dibagi menjadi, pertama privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial; kedua, privasi kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain.
Suatu penelitian tentang desain rumah menunjukkan bahwa pembatas yang menghalangi pandangan orang lain akan mengurangi pengaruh orang tersebut, sementara pembatas yang tidak menutupi pandangan (misalnya panel tembus pandang) tidak mengurangi pengaruh orang lain (Fisher dkk., 1984).

D.Privasi dalam Konteks Budaya
Menurut Altman (1975), “ruang keluarga” didalam rumah pada rumah-rumah di daerah pinggiran Amerika Serikat umumnya dijadikan tempat untuk berinteraksi sosial dalam keluarga. Selama ini kita terpaku bahwa suatu desain tertentu memiliki fungsi tunggal, sebagai untuk ruang berinteraksi secara terbatas atau sebaliknya secara berlebihan.
Oleh karena itu, untuk mencapai privasi yang berbeda kita harus pergi ke suatu tempat lain. Kita tidak pernah berpikir untuk memiliki ruang yang sama untuk beberapa fungsi serta dapat diubah sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk berubahnya kebutuhan, kita tidak perlu mengubah tempat. Prinsip ini telah dipakai oleh orang Jepang, dimana di dalam rumah, dinding dapat dipindah-pindahkan ke luar dan ke dalam ruangan. Satu area yang sama kemungkinan dapat difungsikan untuk tempat makan, tempat tidur, dan interaksi sosial dalam waktu yang berbeda. Logikanya adalah bahwa penggunaan lingkungan yang mudah diubah-ubah adalah cara agar lingkungan tersebut fleksibel terhadap perubahan kebutuhan privasi.



Sumber : Hendro Prabowo. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Depok. Penerbit Gundarma

Teritorialitas

TERITORIALITAS

A.Pengertian Teritorialitas
Holahan (dalam iskandar,1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan cirri kepemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Menurut Altman (1975), penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan suatu territorial primer.

B.Elemen Teritorialitas
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari teritorial, yaitu :
1)Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2)Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3)Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar
4)Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika.

Porteus (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan tiga kumpulan tingkat spasial yang saling terkait satu sama lain :
1)Personal Space, yang telah dibahas di ruang personal
2)Home Base, ruang-ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal atau lingkungan rumah tinggal
3)Home Range, seting-seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan seseorang

Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu :
1.Teritorial Primer
Jenis teritorial ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus oleh pemiliknya. Pelanggaran terhadap territorial ini akan menimbulkan perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah serius terhadap aspek psikologis pemiliknya. Contohnya adalah ruang kerja, ruang tidur, pekarangan, wilayah Negara, dan sebagainya.


2.Teritorial Sekunder
Jenis teritorial ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Teritorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritorial sekunder adalah semi-publik. Contohnya toilet, zona servis, sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, dan sebagainya.

3.Teritorial Umum
Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana territorial umum itu berada. Teritorial ini dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh dari teritori ini adalah gedung bioskop, ruang kuliah, taman kota, tempat duduk.

Berdasarkan pemakaiannya, territorial umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.Stalls merupakan suatu tempat yang dapat disewa atau dipergunakan dalam jangka waktu tertentu. Contohnya adalah kamar-kamar di hotel, lapangan tenis. Kontrol terhadap stalls terjadi pada saat penggunaan saja dan akan berhenti pada saat penggunaan waktu habis.
b.Turns mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka waktunya saja. Turns dipakai orang dalam waktu yang singkat, misalnya tempat antrian karcis, antrian bensin, dan sebagainya.
c.Use Space adalah teritori yang berupa ruang yang dimulai dari titik kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang diamati seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang mengamati lukisan dalam suatu pameran lukisan, maka ruang antara objek lukisan dengan orang yang sedang mengamatinya adalah “use space” atau ruang terpakai yang dimiliki orang tersebut tidak dapat diganggu gugat selama orang tersebut masih mengamati lukisan tersebut.


C.Teritorialitas dan Perbedaan Budaya
Smith (dalam Gifford, 1987) yang melakukan studi tentang penggunaan pantai orang-orang Perancis dan Jerman. Studi ini memiliki pola yang sama dengan studi lebih awal di Amerika, sebagaimana yang dilakukan Edney dan Jordan-Edney (dalam Gifford, 1987). Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pantai antara orang perancis, orang Jerman dan orang Amerika membuktikan sesuatu yang kontras. Smith menemukan bahwa dari ketiga budaya ini memiliki persamaan dalam respek. Kelompok yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, menuntut ruang yang lebih kecil, dimana wanita menuntu ruang yang lebih kecil dibandingkan pria. Sedangkan untuk respek, mereka memiliki kesulitan dengan konsep teritorialitas yang mengatakan bahwa “pantai untuk semua orang”. Orang Jerman lebih banyak membuat tanda dengan membuat penghalang benteng pasir yang merupakan tanda yang disediakan untuk kelompok tertentu.
Orang Jerman lebih sering menuntut teritori yang lebih besar sekali, tetapi dari ketiga budaya tersebut secara individu menandai teritorial dalam bentuk elips dan secara kelompok dalam bentuk lingkaran.



Sumber : Hendro Prabowo. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Depok. Penerbit Gundarma

Selasa, 22 Maret 2011

Minggu ke-8: RUANG PERSONAL

Ruang Personal

A. Pengertian Ruang Personal

Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973. Personal space atau ruang personal merupakan tinjauan terhadap perilaku hewan dengan cara mengamati perilaku mereka dan jarak sosial antara satu dengan yang lain.
Menurut Sommer (dalam Altman, 1975), ruang personal adalah daerah sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak atau daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang dan terkadang menarik diri.
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat zona yang meliputi jarak intim, jarak personal, jarak sosial dan jarak publik. Kemudian kajian ini dikenal dengan istilah Prosemik (kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam Altman, 1975).
Pertama, jarak intim adalah jarak yang dekat dengan jarak 0-18 inchi.Menurut Hall pada jarak intim ini kemunculan orang lain menjadi jelas dan mungkin lebih besar karena sangat meningkatnya masukan panca indera. Hall mengatakan jarak intim ini sebagai jarak yang biasanya diperuntukkan kepada “intimate lovers” (pasangan kekasih yang sudah sangat intim). Jika zona ini menyenangkan dalam situasi, yaitu ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain yang dicintainya, mungkin akan terjadi tidak menyenangkan dalam situasi yang lain.
Hal ini mungkin juga sebagai tanda bahwa mereka menyadari telah saling melanggar “jarak kedekatan” (inmate distance), tetapi berusaha berbuat yang terbaik untuk menghindari interaksi yang tidak pantas.
Zona yang kedua adalah personal distance (jarak pribadi) yang memiliki jara antara 1,5 – 4 kaki. Jarak ini adalah karakteristik kerenggangan yang biasa dipakai individu satu sama lain. Gangguan luar ini menjadi tidak menyenangkan. Jarak pribadi ini mengenal dua fase, yaitu fase dekat (1,5 – 2,5) dan fase jauh (2,5 – 4 kaki). Pada fase dekat masih memungkinkan banyak sekali pertukaran sentuhan, bau, pandangan dan syarat-syarat lainnya. Meski tidak sebanyak pada inmate distance. Otot-otot, wajah, pori-pori, dan rambut wajah masih tampak, sama halnya pada intimate zone.
Pada fase jauh yang meliputi jarak 2,5 – 4 kaki, jaraknya dapat memanjang sampai jarak dimana masing-masing orang dapat saling bersentuhan dengan mengulurkan tangan. Pada jarak ini komunikasi halus (fine grain communication) masih dapat diamati, termasuk warna rambut, tekstur kulit dan roman muka.
Daerah ketiga adalah jarak sosial (social distance) yang mempunyai jarak 4-25 kaki dan merupakan jarak-jarak normal yang memungkinkan terjadinya kontak sosial yang umum serta hubungan bisnis. Dalam penelitian di suatu kantor terbukti bahwa susunan bangku-bangku dan perabotan milik kantor sering disusun ternyata secara tak disengaja berdasarkan pada zona jarak sosial.
Fase ketiga adalah fase jauh atau dalam jarak 7-12 kaki, seringkali lebih formal, dimana pengamatan visual secara terperinci seringkali terlewatkan, meskipun seluruh tubuh orang lain dapat mudah dilihat. Panas tubuh, sentuhan dan bau biasanya tidak lagi ada pada jarak ini.Daerah yang keempat adalah zona publik, yaitu pada jarak 12-25 kaki atau jarak-jarak dimana isyarat-isyarat komunikasi lebih sedikit dibandingkan dengan daerah-daerah terdahulu. Jarak ini secara khusus disediakan untuk situasi-situasi formal atau pembicaraan umum atau orang-orang yang berstatus lebih tinggi, misalnya dalam kelas.

B. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya
Hall (dalam Altman, 1976) mengamati bahwa norma dan adat istiadat dari kelompok budaya dan etnik yang berbeda akan tercermin dari penggunaan ruangnya. Hall menggambarkan secara kualitatif bagaimana anggota dari bermacam-macam kelompok budaya tersebut memiliki kebiasaan spasial yang berbeda.
Watson (dalam Gifford, 1987) menegaskan bahwa budaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu budaya kontak dan budaya non kontak. Suatu studi menemukan pada siswa-siswa dari budaya kontak (Amerika Latin, Spanyol dan Maroko) duduk berjauhan satu sama yang lain daripada kebudayaan non kontak (Amerika). Hall (dalam Altman,1976) menggambarkan budaya Arab memiliki pengindraan yang tinggi, dimana orang-orang berinteraksi dengan sangat dekat. Kebudayaan Arab (juga Mediterania dan Latin) cenderung berorientasi kepada “kontak” dibandingkan Eropa Barat dan kebudayaan Barat. Jarak yang dekat dan isyarat-isyarat sentuhan, penciuman dan panas tubuh tampaknya merupakan hal yang lazim dalam “budaya kontak”.
Hall (dalam Altman, 1976) mengamati bahwa orang-orang Jepang menggunakan ruang secara teliti. Hal ini diduga merupakan terhadap populasi yang padat. Pengaturan taman, pemandangan alam dan bengkel kerja merupakan bentuk dari kreatifitas dengan tingkat perkembangan yang tinggi dan saling mempengaruhi di antara semua rasa yang ada, menunjukkan pentingnya hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Sumber : Hendro Prabowo. 1991. Pengantar Psikologi Lingkungan. Depok. Penerbit Gundarma

Minggu ke-7: KESESAKAN

KESESAKAN

a. Pengertian Kesesakan
Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Menurut Altman (1975), Heimstra dan McFarling (1978) antara kepadatan dan kesesakan memiliki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan, tetapi bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan.

Kepadatan yang tinggi mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan,1982). Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat faktor :
a) Karakteristik seting fisik
b) Karakteristik seting sosial
c) Karakteristik personal
d) Karakteristik beradaptasi

Stokols (dalam Altman,1975) membedakan antara kesesakan bukan sosial (nonsocial crowding) yaitu dimana factor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang sempit, dan kesesakan sosial (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula dating dari kehadiran prang lain yang terlalu banyak. Stokols juga menambahkan perbedaan antara kesesakan mokiler dan molar. Kesesakan molar (molar crowding) yaitu perasaan sesak yang dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota, sedangkan kesesakan mokuler (moleculer crowding) yaitu perasaan sesak yang menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.

Morris (dalam Iskandar, 1990) member pengertian kesesakan sebagai defisit suatu ruangan. Hal ini berarti bahwa adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, maka ukuran meter persegi setiap orang menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pada dasarnya batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

B. Teori-teori Kesesakan
Untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga model teori, yaitu beban stimulus, kendala perilaku, dan teori ekologi (Bell dkk,1978; Holahan, 1982). Teori beban stimulus mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya, sehingga timbul kegagalan memproses sstimulus atau informasi dari lingkungan.

Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus disini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan, jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat, suatu percakapan yang tidak dikehendaki, terlalu banyak mitra interaksi, dan interaksi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama.

Teori ekologi
Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbale balik antara orang dan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial.

Wicker (1976) mengemukakan teorinya tentang manning. Teori berdasarkan atas pandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor seting dimana hal itu terjadi, misalnya pertunjukan kethoprak atau pesta ulang tahun.

Teori Kendala Perilaku
Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesak apabila kepadatan atau kondis lain yang berhubungan dengannya membatasi aktifitas individu dalam suatu tempat. Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological reactane) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai faktor pendorong yang penting dalam persepsi dan perlilaku manusia.

Menurut teori kendala perilaku, bila timbul gangguan terhadap kebebasan perilaku, maka orang akan cenderung untuk membentuk semacam sikap penolakan psikologis.Individu akan mengatasi situasi yang berhubungan dengan campur tangan sosial atau hambatan-hambatan terhadap perilaku secara kognitif maupun tercetus dalam perilaku, misalnya dengan mencari lingkungan baru atau hanya sekedar memanipulasi lingkungan yang lama.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesesakan
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan yaitu, personal, fisik, dan sosial. Faktor personal terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control, budaya, pengalaman, serta jenis kelamin dan usia. Individu yang mempunyai locus of control internal, yaitu kecenderungan individu untuk mempercayai atau tidak mempercayai bahwa keadaan yang ada didalam dirinyalah yang berpengaruh terjadap kehidupannya. Menurut Yusuf (1991), keadaan-keadaan kepadatan yang tinggi menyebabkan kesesakan justru akan menumbuhkan intervensi sebagai upaya untuk menekan perasaan sesak tersebut.

Sikap yang tercermin dalam sikap yang agresif, kompetitif, dan negatif dalam berinteraksi dengan orang lain (Altman, 1975; Freedman, 1975; Holahana, 1982). Sementara itu Dabbs (1977) mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin mitra yang dihadapi.

Faktor sosial menurut Gifford (1987) secara personal individu dapat mengalami lebih banyak atau lebih sedikit mengalami kesesakn cenderung dipengaruhi orang lain dalam lingkungannya dapat juga memperburuk keadaan.

Faktor fisik menurut Gove dan Hughes (1983) menemukan bahwa kesesakan di dalam rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi rumah seperti jenis rumah, urutan lantai, ukuran rumah, dan suasana sekitar rumah. Altman (1975) dan Bell dkk (1978) menambahkan faktor situasional sebagai factor yang mempengaruhi kesesakan. Stressor yang menyertai seperti suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, dan karakteristik seting (tipe rumah, tingkat kepadatan).

D. Pengaruh kesesakan terhadap perilaku
Freedman (1975) memandang kesesakan sebagai suatu keadaan yang dapat bersifat positifpositif atau negatif tergantung situasinya. Jadi kesesakan dapat dirasakan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Kebanyakan masalah kepadatan muncul karena terlalu banyaknya orang dalam suatu ruangan daripada masalah-masalah yang ditimbulkan karena terbatasnya ruang. Ditambahkan oleh Ancok (1989), perasaan sesak (crowding) di dalam rumah akan menimbulkan beberapa permasalahan antara lain :
a) Menurunnya frekuensi hubungan sex
b) Memburuknya interaksi suami istri
c) Memburuknya cara pengasuhan anak
d) Memburuknya hubungan dengan orang-orang di luar rumah
e) Meningkatnya ketegangan dan gangguan jiwa

Menurut hipotesis interaksi yang tidak diinginkan (the unwanted-interaction hypothesis), efek negatif dari kesesakan terjadi karena dalam situasi sesak kita menemui lebih banyak menemui interaksi dengan orang lain daripada yang kita inginkan (Baum dan Valine dalam Watson dkk, 1984). Menurut hipotesis interaksi yang tidak diinginkan (the unwanted-interaction hypothesis), efek negatif dari kesesakan terjadi karena dalam situasi sesak kita menemui lebih banyak menemui interaksi dengan orang lain daripada yang kita inginkan (Baum dan Valine dalam Watson dkk, 1984).

Walaupun pada umumnya kesesakan berakibat negatif pada perilaku seseorang, tetapi menurut Altman (1975) dan Watson dkk (1984), kesesakan kadang memberikan kepuasan dan kesenangan. Hal ini tergantung pada tingkat privasi yang dinginkan, waktu dan situasi tertentu, serta seting kejadian. Situasi yang memberikan kesenangan dan kepuasan bisa kita temukan, misalnya pada waktu melihat pertunjukan music, pertandingan olah raga atau menghadiri reuni atau resepsi.


Sumber: Hendro Prabowo. 1991. Pengantar Psikologi Lingkungan. Depok. Penerbit Gundarma

Selasa, 01 Maret 2011

5. Ambient Condition & Architectural Features, 6. Kepadatan

MINGGU KE-5
5.Ambient Condition dan Architectural Features
A. Ambient Condition
Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient condition), Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) menyajika beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku, yaitu : kebisingan, tempratur, kualitas udara, pencahayaan, dan warna.
Kebisingan, Temperatur, dan Kualitas Udara
Menurut Ancok (1989), keadaan bising dan temperature yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Emosi yang semakin kurang dapat dikontrol akan memepengaruhi hubungan social di dalam meupun dui luar rumah. Sementara itu, kebisingan menurut Rahardjani (1987) juga akan berakibat menurunnya kemampuan untuk mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak. Sedangkan menurut Ancok (1988), sampah, polusi, dan debu adalah sumber penyakit fisik dan ketegangan jiwa.
Menurut Sarwono (1992), terdapat tiga factor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising, yaitu : volume, perkiraan, dan pengendalian. Dari factor yang dikatakan bahwa suara yang semakin keras akan dirasakan mengganggu. Jikalau kebisingan dapat diperkirakan datangnya atau berbunyi secara teratur, kesan gangguan yang ditimbulkan akan lebih kecil dibandingkan jika suara tersebut datangnya tiba-tiba ata tidak teratur. Faktor kendali amat terkait dengan perkiraan.
Hasil studi Cameron dkk ( dalam Holahan, 1982) di beberapa keluarga Detroit dan Los Angeles, yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara laporan mengenai kebisingan dengan laporan mengenai penyakit fisik yang amat akut dan kronis. Sementara studia lain oleh Crook dan Langdon (dalam Holahan, 1982), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebisingan dengan aspek-aspek fisik dan kesehatan mental, seperti sakit kepala, kegelisahan, dan insomnia.
Suhu dan Polusi Udara
Menurut Holahan (1982), tingginya suhu dan polusi udara paling tidak dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. Pada efek perilaku, riset laboratorium menunjukkan bahwa temperature yang terlalu tinggi ternyata mempengaruhi perilaku sosial. Pada penelitian lain oleh Bell dan Baron ternyata gagal menemukan bahwa panas dapat mengurangi perhatian seseorang terhadap orang lain di dalam ruangan. Hal ini disebabkan oleh adanya perasaan senasib dalam keadaan stress justru meniadakan efek negatif dari panas.
Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah sangat dipengaruhi oleh beberapa factor diantara lain : warna dinding dalam dan luar rumah, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni. Oleh karena itu, aliran udara menurut Mom dan Wielsebrom (dalam Siswanto, 1986), menjadi hal penting karena secara psikologis aliran udara berfungsi sebagai apsokan oksigen untuk pernapasan, mengalirkan uap air yang berlebihan dan asap, menggurangi konsentrasi gas, nakteri dan bau, mendinginkan suhu, dan membantu penguapan keringat manusia.
Pencahayaan dan Warna
Menurut Fisher dkk (1984), terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Pada dasarnya, cahaya dapat mempengaruhi kinerja, mempermudah atau mempersulit penglihatan ketika mengerjakan sesuatu. Pada satu sisi, tidak ada cahaya sama sekali akan membuat kita tidak mampu mengeerjakan suartu tugas karena tidak dapat membacanya. Kondisi pencahayaan yang berbeda pula mempengaruhi suasana hati dan mempengaruhi pula perilaku sosial kita. Efek ini mungkin tergantung pada isi lingkungan dimana kita berada.
Seperti juga cahaya, warna dapat mempengaruhi kita secara langsung maupun ketika menjadi bagian dari suatu seting. Warna sangat bergantung pada cahaya. Warna dapat juga menentukan seberapa baik pencahayaan suatu ruangan yang tampak oleh kita. Warna yang amat terang juga akan mempengaruhi penglihatan kita. Peristiwa silau terjadi ketika suatu sumber cahaya yang lebih terang dari tingkat penerangan normal, sehingga mata kita beradaptasi dengan cara menutup mata ketika kita merasa silau.
Menurut Holahan (1982) dan Mehrabian dan Russel (dala, heimstra dan McFarling, 1978; Fisher dkk, 1984), warna juga mempunyai efek indenpenden terhadap suasana hati (bahkan warna ynag berbeda kadangkala memunculkan suasana hati yang berbeda). Kita merasakan suatu warna sangat menenangkan kita,sementara warna yang lebih membangkitkan, atau warna yang lain membuat kita merasa aman dan damai.
B. Architectural Features
Dua unsur yang akan dibahas disini adalah unsur estetika dan unsur pengaturan perabot.
Unsur Estetika
Pengetahuan mengenai estetika member perhatian kepada dua hal, yaitu pertama, indentifikasi dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dari suatu objek atau suatu proses keindahan atau paling tidak suatu pengalaman yang menyenangkan. Kedua, untuk mengetahui kemampuan manusia untuk menciptakan dan untuk menikmati karya yang menunjukan estetika.
Spranger (dalam Ancok, 1988) membagi orientasi hidup menjadi enam kategori, dimana nilai estetis merupakan salah satu diantaranya selain ekonomi, nilai kekuasaan, nilai sosial, nilai religious, dan nilai intelektual. Menurut Fisher (1984), salah satu tujuan utama dari desain adalah memunculkan respon tertentu terhadap seting yang telah diselesaikan. Kualitas estetika memegang peranan. Kualitas estetika dari lingkungan yang dibentuk dapat sangat mempengaruhi seperti halnya keindahan alamiah.
Lingkungan yang menarik juga dapat membuat orang merasa lebih baik. Penelitian Sherrod dkk, menunjukkan bahwa ruangan-ruangan yang didekorasi membuat orang merasa lebih nyaman daripada orang yang berada dalam lingkungan yang tak didekorasi. Suasan hati yan baik yang berhubungan dengan lingkungan yang menyenangkan terlihat meningkatkan kemauan orang-orang untuk saling menolong satu sama lain (dalam Fisher dkk, 1984).
Unsur Pengaturan Perabot
Pengaturan perabot dalam ruangan dapat pula mempengaruhi cara orang mempersepsikan ruangan tersebut. Imamoglu (dalam Heimstra dan McFarling, 1978; Fisher, 1984) menemukan bahwa ruangan yang kosong dipersepsikan lebih besar dibandingkan dengan perabot, yang pada gilirannya dipersepsikan lebih besar daripada ruangan dengan terlalu banyak perabotnya.
Pengaturan perabot dapat digunakan untuk membantu mengatur perencanaan tata ruang arsitektur suatu seting. Pada kebanyakan konteks lingkungan, dinding, lokasi pintu, dan sebagainya sudah ditetapkan dan bagian-bagian sulit ini untuk dipindah-pindahkan. Sampai batas-batas tertentu elemen-elemen ini memang membentuk ruangan di dalam sebuah ruangan. Ruangan yang rapi juga diterima lebih besar dari ruangan yang berantakan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam suatu ruangan tidak harus dengan cara mengubah atau meningkatkan guna menciptakan perubahan yang berarti berdasarkan persepsi manusia mengenai ukuran dan pebuh tidaknya suatu ruangan.


MINGGU KE-6
6. Kepadatan
A. Pengertian Kepadatan
Menurut Sundstrom (dalam Wrightsman dan Deaux, 1981), kepadatan atau density adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan. Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).
Dampak negatif kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria lebih memiliki perasaan negatif pada kepadatan tinggi bila dibandingkan wanita. Pria juga bereaksi lebih negatif terhadap anggota kelompok, baik pada kepadatan tinggi ataupun rendah dan wanita justrulenih menyukai anggota kelompoknya pada kepadatan tinggi.
Pembicaraan tentang kepadatan tidak akan lepas dari masalah kesesakan. Kesesakan atau crowding merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, sehingga lebih bersifat psikis (Gifford, 1978; Schmidt dan Keating, 1979; Stokols dalam Holahan, 1982). Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan individu tersebut (Altman, 1975). Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).

B. Kategori Kepadatan
Kepadatan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Holahan (1982) menggolongkan kedalam dua kategori, yaitu pertama, kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap, sehingga didapatkan keadaan meningkat sejalan menurunnya besar ruangan. Kedua, kepadatan sosial (social density) yang terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan bertambahnya individu.
Jain (1987) menyatakan bahwa stiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian dan struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah pemukiman dapat dikatakan mepunyai kepadatan tinggi atau kepadatan rendah.
Taylor (dalam Gifford, 1982) mengatakan bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku, dan keadaan internal seseorang di suatu tempat. Oleh karena itu, individu yang bermukim di pemukiman dengan tingkat kepadatan yang berbeda menunjukan sikap dan perilaku yang berbeda pula.

C. Akibat-akibat Kepadatan Tinggi
Rumah dan lingkungan pemukiman akan memberi pengaruh psikologis pada individu yang menempatinya. Taylor (dalam Gifford, 1982) berpendapat bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku, dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal.Rumah dan lingkungan pemukiman yang memiliki situasi dan kondisi yang baik dan nyaman seperti memiliki ruang yang cukup untuk kegiatan pribadi akan memberi kepuasan psikis pada individu yang menempatinya.
Penelitian Valins dan Baum (dalam Heimstra dan McFarling, 1978) menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kepadatan dengan interaksi sosial. Rumah dengan luas lantai yang sempit adan terbatas apabila dihuni oleh sejumlah besar individu umumnya akan menimbulkan pengaruh negatif pada penghuninya (Jain, 1987). Stresor lingkungan, menurut Stokols (dalam Brigham, 1991), merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapat menyebabkan stres, penyakit, atau akibat-akibat negatif pada perilaku masyarakat.
Akibat secara psikis antara lain :
• Stres, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negatif, rasa cemas, stres (Jain, 1987) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1982).
• Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling, 1978); Holahan, 1982; Gifford, 1987).
• Perilaku menolong (perilaku prososial), kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu untuk menolong atau memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama prang yang tidak dikenal (Holahan, 1982; Fisher dkk, 1984).
• Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya pada saat tertentu (Holahan, 1982).
• Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).
Jarak antara rumah tinggal dengan rumah tinggal yang lain yang berdekatan bahkan hanya dipisahkan oleh dinding rumah atau sekat dan tidak jarang mengakibatkan penghuni dapat mendengar dan mengetahui kegiatan yang dilakukan penghuni rumah tinggal lain.Keadaan di pemukiman padat memungkinkan individu tidak ingin mengetahui kebutuhan individu lain di sekitarnya tetapi lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingannya serta kurang memperhatikan isyarat-isyarat sosial yang muncul. Salah satu akibat negatif yang muncul sebagai respon individu terhadap stresor lingkungan seperti lingkungan padat, yaitu menurunnya intensi prososial individu.

D. Kepadatan dan Perbedaan budaya
Menurut Koerte (dalam Budihardjo, 1991), faktor-faktor seperti ras, kebiasaan, adat istiadat, pengalaman masa silam, struktur sosial, dan hal lain-lain, akan sangat menentukan apakah kepadatan tertentu dapat menimbulkan perasaan sesak atau tidak.
Epstein (dalam Sears dkk, 1994) menemukan bahwa pengaruh kepadatan tinggi tempat tinggal tidak akan terjadi apabila penghuni mempunyai sikap kooperatif dan tingkat pengendalian tertentu. Pada penelitian Mitchel di Hongkong (dalam Sears dkk, 1994) mencoba mengukur ruang hidup setiap keluarga, menghitung kepadatan penghuni di dalam rumah, serta mengukur kecemasan, kegelisahan, serta sintom-sintom ketegangan lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap orang di Hongkong (pada sampel penelitian tersebut) harus membagi ruang seluas 400 kaki persegi dengan 10 orang atau lebih. Kendati pun demikian, tidak ada hambatan yang berarti antara kepadatan dengan patologi.
Gambaran lain diungkapan Setiadi (1991) bahwa bangsa Amerika sudah dapat merasakan dampk negatif yang luar biasa pada kepadatan sekitar 500 orang/Ha, dengan terjadinya banyak penyimpangan perilaku sosial, pembunuhan, pemerkosaan, dan tindak kriminal lainnya. Sementara itu, di Jepang dan di Hongkong dengan kepadatan 5000 orang/Ha pada bagian kota-kota tertentu, ternyata angka kejahatan atau kriminal disana masih lebih rendah.


SUMBER: Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Makalah Kuliah (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Senin, 21 Februari 2011

Pendekatan Teori dan Metode Penelitian Psikologi Lingkungan

A. Pendekatan Teori Psikologi Lingkungan

A. Beberapa teori

Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan antara lain adalah : Teori Arousal,Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Teori Tingkat Adaptasi,Teori Stres Lingkungan, dan Teori Ekologi.

1.Teori Arausal (Arousal Theory)
Arousal (Pembangkit).Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah.Beberapa teori telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut.Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian terpenting dari emosi.Contohnya, tingkat yang tinggi dalam keterbangkitan adalah dalam kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah adalah kesedihan dan depresi ( Dwi Riyanti dan Prabowo, 1997).
Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu ketentuan tertentu.Mandler menamakan teorinya sebagai toeri interupsi.Interupsi pada masalah seperti dikemukan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan pengalaman emosional.Suatu hal yang dapat kita petik dari teori ini adalah bahwa orang dapat memperlihatkan perubahan emosi secara ekstrim, misalkan bergembira atau bergairah pada suatu saat, dan mengalami pengalaman perasaan dukacita atau amarah pada saat yang lain.
Teori Arousal dalam Psikologi Lingkungan.Dalam Psikologi Lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tingkat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah.
Makin tingi tingkat arousalnya akan menghasikan kinerja yang tinggi pula ( Sarwono, 1992).
Sebagai gambaran lain Veicth dan Arkkelin (1995) member contoh bahwa perubahan kinerja amat beragam pada peningkatan suhu pada pekerja wanita dan pekerja tambang.

2. Teori Beban Stimulus ( Stimulus Load Theory)
Titik sentral dari teori beban stimulus adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi.Ketika input melebihi kapasitas, maka orang cenderung untuk mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian perhatian lebih banyak kepada hal yang lain ( Cohen dalam Veitch dan Arkkelin, 1995 ).Teori ini bertanggung jawab terhadap respon-respon stimulasi lingkungan dalam kaitannya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan bertransaksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan,Umumnya stimulus tertentu yang paling penting diperhatikan dengan alokasi waktu yang banyak dan stimulus yang kurang penting umumnya diabaikan ( Sarwono, 1992; Veitch dan Arkkelin, 1995).
Strategi yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang diprioritaskan atau diabaikan pada suatu waktu tertentu akan menentukan reaksi positif atau negative terhadap lingkungan.Contoh stimulus yang berlebihan adalah pemandangan suatu kota yang terlalu banyak manusia dan kendaraan, maka orang yang tinggal di kota besar sering mengeluh jenuh, bosan. Alienasi, dan sebagainya (Sarwono, 1992).

3. Teori Kendala Perilaku (Behavioral Constrain Theory)
Teori kendala perilaku memfokuskan kepada kenyataan atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan.Teori ini berkeyakina bahawa dalam suatu situasi tertentu seseorang benar-benar kehilangan beberapa tingkatan kendali terhadap lingkungan (Veitch dan Arkkelin, 1995).
Sarwano (1992) memberikan contoh misalnya ketika kita sudah tahu bahwa jalanan terlalu macet pada jam-jam tertentu, maka kita cenderung berusaha mencari alternatif jalan lain.jikalau jalan alternatif tersebut dan terjadi beruang-ulang, maka kita akan mengalami putus asa atau tidak berdaya.Ketidakberdayaan inilah yang disebut Learned helplessness ( keridakberdayaan yang dipelajari).

4. Teori Tingkat Adaptasi
Teori tingkat adaptasi adalah dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimalkan perilaku.Stimulus yang berlebihan atau sama halnya yang terlalu kecil dianggap dapat mempengaruhi hilangnya emosi dan tingkah laku.Dua proses yang terkait dalam hubungan interaksi manusia terhadap lingkungan yaitu adaptasi dan adjustment.Adaptasi adalah mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan.Misalnya, udara dingin yang menyebabkan terjadinya otot kaku dan menurunnya aktifitas motorik.Sementara adjustment adalah mengubah lingkungan agar menjadi sesuai dengan lingkungannya.Misalnya, dalam keadaan dingin bisa saja orang membakar kayu untuk memanaska tubuhnya (Sarwono, 1992 ; Veitch dan Arkkelin, 1995).Salah satu cara tersebut dilakukan seseorang agar tercapai keseimbangan dengan lingkungannya (homeostatis).
Menurut Sarwono (1992) terdapat 3 kategori stimulus yang dijadikan acuan dalam hubungan lingkungan dengan tingkah laku, yaitu :
Stimulus fisik yang merangsang indra (suara, cahaya, suhu udara)
Stimulus sosial
Gerakan
Dari ketiga stimulus tersebut, masing-masing mengandung tiga dimensi lagi yaitu : intensitas, diversitas, dan pola, dimana ketiga dimensi ini yang paling menyenangkan adalah yang tidak terlalu kecil/sedikit/lemah dan tidak juga teralu besar/banyak/kuat.Dalam hal intensitas misalnya suara yang tidak terlalu keras lebih menyenangkan dibandingkan suara yang keras atau terlalu lemah.Dalam hal divestitas (variasi rangsangan), terlalu banyak rangsangan atau sedikitnya rangsangan ternyata tidak menyenangkan.Dalam hal pola, barangkali rangsangan yang terlalu berstruktur (bangunan berderet rapi dan monoton) adalah sama-sama tidak menyenangkan dengan lingkungan kumuh yang sama sekali tidak teratur.

5. Teori Stres Lingkungan
Teori stress menekankan pada mediasi peran-peran fisiologi, emosi, dan kognisi dalam interaksi antara manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan pengindraan manusia dimana suatu respon stress terjadi terhadap segi-segi lingkungan yang melebihi tingkat optimal.Reaksi waspada dapat berupa peningkatan denyut jantung atau peningkatan fungsi adrenalin, sementara reaksi penolakan dapat berupa tubuh menggigil kedinginan atau berkeringat kepanasan (Sarwono, 1992).
Sebagai suatu bentuk coping, ketika individu akan bereaksi terhadap stresor, individu harus menentukan terlebih dahulu strategi berupa menghindar, menyerang, secara fisik atau verbal, atau mencari kompromi (Sarwono, 1992).

6. Teori Ekologi
Seting perilaku menurut istilah Roger Barker ( dalam Veitch dan Arkkelin,1995) adalah evaluasi terhadap kecocokan antara lingkungan dengan perilaku yang terjadi pada konteks lingkungan tersebut.
Menurut Roger Barker (dalam Sarwono, 1992) tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan atau sebaliknya, melainkan kedua hal tersebut saling menentukan dan tidak dapat dipisah-pisahkan, yang istilahnya adalah seperti jalan dua arah (two way street) atau interdependensi ekologi.Suatu hal yang unik pada teori Barker adalah pola tingkah laku kelompok (bukan individu) yang terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu).


B. Metode Penelitian
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995) terdapat tiga metode penelitianyang lazim digunakan di lapangan psikologi lingkungan, yaitu eksperimen laboratorium,studi korelasi, dan eksperimen lapangan.

A. Eksperimen Laboratorium
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti memiliki perhatian terutam yang berkaitan dengan tingginya validitas internal.Metode ini memberi kebebasan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variabel yang diasumsikan menjadi penyebab dengan cara mengontrolkondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variabel-variabel yang mengganggu ( extraneous variables).Metode ini pada umumnya melibatkan pemilihan subjek secara random dalam kondisi eksperimen.maksudnya adalah bahwa setiap subjek memiliki kesempatan yang sama dalam setiap kondisi eksperimen.Dengan cara ini variasi-variasi individu pada subjek penelitian dapat dijadikan alasan adanya perbedaan hasil penelitian, serta adanya kepercayaan yang lebih besar untuk menyimpulkan bahwa hasil peneitian adalah manipulasi-manipulasi dari variabel bebas.
B. Studi Korelasi
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi, maka seorang peneliti dapat meggunakan variasi-variasi dari metode korelasi.Dalamn studi korelasi kita pada umumnya melaporkan hal-ha yang menglibatkan pengamatan alami dan tehnik penelitian survai.Untuk mudahnya menggambarkan kesimpulan yang jelas, maka dapat dibandingkan bahwa eksperimen laboratorium meminimalkan validitas internal tetapi sering kali validitas internalnya lemah.
C. Eksperimen Lapangan
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin menyeimbangkan antara validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratorium dengan validitas eksternal yang dapat dicapai melalui studi korelasi, maka ia boleh menggunakan metode campuran yang dikenal dengan istilah eksperimen lapangan.
Para peneliti mengembangkan kontrol terhadap variabel, menjaga validitas eksternal pada tingktan tertentu, dan mencoba menemukan percobaan yang lebih realitis guna mendukung suatu penelitian yang baik.Sebagai contoh, seorang peneliti dapat memanipulasi temperatur di dalam kereta api bawah tanah pada tingkat kepadatan penumpang tertentu untuk mengungkap kemungkinan adanya pengaruh dari varibel-variabel tersebutterhadap perilaku penumpang berupa memungut kertas yang secara tiba-tiba dengan sengaja dijatuhkanoleh eksperimenter.
Pada analisis akhir, seorang peneliti harus menentukan tujuan spesifik penelitian dan kemudian memilih metode yang paling layak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.Strategi yang dapat dikembangkan adalah dengan menggunakn beragam metode untuk mengkaji suatu masalah.Hasil ini akan mempertemukan beberapa gambaran yang lebih jelas dari hubungan-hubungan antar varibel (Veitch dan Arkkelin, 1995).
D. Tehnik-tehnik pengukuran
Agar suatu penelitian akan menjadi ilmiah diperlukan pengamatan-pengamatan yang menggunakan kritteria tertentu, yaitu :
Berlaku umum dan dapat diulang-ulang
Dapat dikembangkan menjadi skala pengukuran
Memiliki standar validitas dan reliabiltas
Berikut ini akan disajikan beberapa tehnik pengukuran yang telah beberapa krteria berupa mudah dibuat, mudah dalam administrasinya, mudah skoringnya, dan mudah diinterpretasikan.Beberapa tehnik tersebut antara lain adalah Self report yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan skala penilaian (Veitch dan Arkkelin, 1995).
1. Self Report
Metode yang paling sering digunakan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan individu adalah self report.Dengan cara ini, responden ditanya oleh peneliti hal-hal yang berkaitan dengan opini, kepercayaan, perilaku, sikap, dan perasaan.Prosedur self report terdiri dari beragam tehnik yang meliputi kuesione, wawancara dan skala penilaian (rating scale).
2. Kuesioner
Kuesioner adalah pengembangan yang luas dari tehnik paper and pencil self report.Butir (item) umumnya diformulasikan berupa pertanyaan dan dapat pula berupa jawaban faktual (seperti gender, usia, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan sebagainya) sebagaimana halnya respon-respon sikap (seperti emosi, nilai-nilai dan kepercayan).
3. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dirancang utnuk memperoleh informasi yang dapat dikualifikasikan atau pengumpulan data dan informasi dengan cara berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
4. Skala Penilaian
Skala penilaian adalah skala yang memiliki beragam bentuk, termasuk di dalamnya adalah checklist,deskripsi verbal dua kutub, dan skala deskrepsi nonverbal.


Sumber: Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Makalah Kuliah (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Selasa, 15 Februari 2011

Pengantar Psikologi Lingkungan

MINGGU KE-1

A. Latar Belakang Sejarah Psikologi Lingkungan
Sejak zaman purbakala jiwa telah menjadi objek pertanyaan dan penyelidikan manusia. Di Yunani Kuno, pada ratusan tahun sebelun masehi. Para ahli piker mencoba menyikap tabir rahasia jiwa yang gaib dengan tinjauan berdasarkan falsafah masing-masing.
Pada zaman itu psikologibelum menjadi ilmu yang berdiri sendiri, tetapi termasuk suatu cabang dari induk ilmu, yakni filsafat. Penyelidikan dan percobaan belum dilakukan dengan sempurna, metode yang dipakai ialah metode deduktif dan psikologinya yang disebut dengan psikologi.
Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para ahli filsafat dan para ahli ilmu filsafat (fisikologi). Sehingga psikologi dianggapsebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Psikologi berdiri sendiri pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboraturium psikologi pertama di kota Leipizing.

Adapun tokoh-tokoh dari aliran psikologi ini sangat banyak, tetapi psikologi mengalami empat periode dengan tokoh-tokohnya yaitu :
1. Yunani Kuno
Yang terbagi menjadi dua :
a. Monoisme
Tokohnya adalah Thales, Anaximenes, Empedoples, Hipoesates dan Demokritus
b. Dualisme
Tokohnya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles.
2. Psikologi Dalam Pandangan Tokoh Gereja
Tokohnya adalah St, Agustine dan Thomas Aquinos

3. Zaman Renaisains
Tokohnya adalah Francis Baccon dan Thomas Hobbes

4. Masa Titik Terang
Tokohnya adalah Rendescrates dan Jhou Lock
Setelah psikologi berdiri sendiri, gejala-gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode ilmiah, terlepas dari ilmu filsafat dan faat. Gejala kejiwaan dipelajari secara sistematis dan objektif. Selain metode eksperimen juga digunakan metode instropiksi oleh W. Wundt ia dikenal sebagai sosiolog dan filosof dan orang pertama mengaku dirinya seorang psikolog. Ia dianggap sebagai Bapak psikolog sejak itulah psikolog berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikolog, penyusunan teori-teori psikolog dan keragaman pemikiran baru sehinggga psikologi mulai bercabang menjadi beberapa aliran yangterbagi dalam lima bagian yaitu sebagai berikut :
1. Stukturalisme
2. Fungsionalisme
3. Psikoanalisa
4. Behaviorisme
5. Humanisme


ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIOURISME BESERTA KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA

A. Aliran Behaviourisme
Behaviourisme merupakan aliran yang menitik beratkan pada tingkah laku, yang melihat berdasarkan pengaruh lingkungan. Aliran ini menolak aliran dari psikoanalisa yang menyelidiki kesadaran dan peristiwa psikis yang bersifat abstrak dan sukar untuk dipercayai, oleh karena itu para ahli faham ini memegang teguh prinsip-prinsif.
1. Objek psikologi adalah tingkah laku, yaitu gerak lahir yang nyata atau reaksi-reaksi manusia terhadap rangsangan berupa lingkungan dan lain-lain.
2. Unsur dari tingkah laku adalah refleks (spontan), yaitu reaksi tak sadar atas rangsangan dari luar tubuh, sehingga psikologi ini terkenal dengan nama behaviourisme.
Para ahli psikologi dari aliran ini melakukan observasi (pengamatan) tentang tingkah laku manusia yang berbuat sesuai kemaunannya atau dikarenakan dari faktor lain.
Pada dasarnya tingkah laku seorang dapat diketahui dengan mengamati kepribadiannya. Sedangkan kepribadian itu terbentuk karena adanya kebiasaan-kebiasaan hidup seseoang yangberada disekitar lingkungannya. Jadi, tingkah laku (berhaviour) sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Manusia sebagai obje penelitian harus bias menguasaai diri atau beradaptasi dengan tempat tingalnya. Yang kadang-kadang bias mengubah kebiasaan-kebiasaan hidup. Contonya seorang anak yang dulunya sangat baik kepada oang kedua orang tuanya, tiba-tiba berubah menjadi seorang pemberontak dan berani melawan kedua orang tuanya., dikarenakan lingkungan tempat ia bergaul yang begitu buruk dari tempat lingkungan yang sebelumnya.
Dari contoh diatas, perilaku manusiauntuk beradaptasi ada dua cara yaitu :
a. Selektif dalam memilih dan berinteraksi dengan lingkungan
b. Berusaha mengadaptasikan lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku kita.

Aliran Behaviourisme didirikan oleh John Broodes Wasto (1878-195) yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objekif dalam artian harus dipelajari sebagaimana kita mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Aliran ini tidak dapat diteliti melalui metode instropeksi diri karena dianggap tidak objektif dantidak ilmiah. Kebanyakan orang sangat jarang sekali menyadari tentangt ingkah lakunya sendiri,mengapa ia harus berbuat seperti itu, seperti ini dan lain sebagainya. Sehingga aliran sangat sesuaiuntuk menolak sesuatu tingkah laku yang tidak panpak dari luar.
Adapun tokoh-tokoh lain dari aliran Behaviourisme ini sebagai berikut :
Ivan Pavlov
Pavlov mengadakan eksperemen mengenai refleks bersyarat atau pengkondisian hasil yang dilakukan terhadap anjing yang mengeluarkan air liurnya.
Burrus Frederick Skinner
Melakukan eksperimen operan berkondisi yang dilakukan pada seekor tikus.
WilliamMe Dougal
Insting adalah kecenderungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu sebagaimana hasil pembawaan sejak lahir yang tidak dipelajari sebelumnya.

B. Kelebihan dan Kelemahan Aliran Behaviourisme
1. Kelebihan Aliran Behaviourisme
a. Dapat mengetahui pribadi seseorang dengan melihat tingkah laku yang dipengaruhi oleh lingkungan. Karena tercptanya kebiasaan hidup.
b. Mempelajari aliran Behaviourisme sama mempelajari ilmu eksak (pasti)
c. Semakin tingkah laku seseorang diamati maka semakin nampak tingkah laku yang diamati tersebut.
2. Kekurangan Aliran Behaviourisme
Aliran Behaviourisme ini adalah tingkah laku yang menjadi pengamatan yang tampak dari luar, tetapi aliran ini tidak bisa mengungkap tingkah laku yang tidak tampak dari luar seperti diam (seorang yang tingkahnya tidak dapat ditebak). Lemahnya daa fikir seseorang untuk beradaptasi yang baik denganlingkungannya, sehingga serng menimbulkan kerugian .

Sumber: http://hendralandaga.blogspot.com/2010/04/sejarah-psikologi.html


B. Definisi Psikologi Lingkungan
Definisi psikologi lingkungsn memiliki beragam batasan. Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik. Sementara itu, Proshansky, Ittleson, dan Rivlin (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa definisi yang kuat tentang psikologi lingkungan tidak ada. Mereka mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah apa yang dilakukan oleh psikolog lingkungan. Ahli lain seperti Canter dan Craik (dalam Prawitasari,1989) mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah area psikologi yang melakukan konjungsi dan analisis tentang transaksi daj hubungan antara pengalaman dan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan lingkungan sosiofisik.
Emery dan Tryst (dalam Soesilo,1989) melihat bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan suatu jalinan transactional interdepency atau terjadi ketergantungan satu sama lain.
Veitch dan Arkkelin (1995) mencoba menjabarkan lebih jauh unsure-unsur dari pengertian psikologi lingkungan.undur-unsur tersebut antara lain adalah perilaku manusia, perspektif disiplin ilmu, dan masalah teori/praktek.
1. Pada kenyataannya para ahli psikologi lingkungan ternyata tidak hanya dibatasi pada istilah perilaku manusia dalam pengertian yang kaku. “Perilaku manusia” disini lebih jauh berkaitan dengan proses-proses fisiologi, psikologis dan perilaku itu sendiri.
• Proses-proses fisiologi meliputi: kematian, detak jantung, respon kulit Galvanis, dsb
• Proses-proses psikologis meliputi: stress, perubahan sikap, kepuasan, dsb
• Proses-prosesn perilaku meliputi: agresi, kinerja, altruisme, dsb
2. Para ahli psikologi lingkungan dalam melakukan penelitiannya ternyata juga menggunakan perpektif interdispliner, dalam pengertian ilmunya maupun interaksi dengan para ahlinya.
• Beberapa disiplin yang terkait adalah meteorology dan geofisika, fisika, kimia, arsitektur dan biologi.
• Para ahli yang terlibat antara lain adalah ahli geologi, ahli fisika, ahli kimia, arsitek, ahli ekologi.
3. Para peneliti psikologi lingkungan dalam penelitiannya pada umumnya secara simultan memadukan masalah-masalah praktis sehari-sehari dengan formulasi dari teori-teori.
Dari penjabaran diatas, maka Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan,yang memfokuskan interrelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan social.

MINGGU KE-2

C.Lingkup Psikologi Lingkungan
Proshansky (1974) melihat bahwa psikologi lingkungan member perhatian pada manusia, tempat serta perilaku dan pengalaman-pengalaman manusia dalam hubungannya dengan fisik. Lingkungan fisik tidak hanya berarti rangsang-rangsang fisik (seperti cahaya, sound, suhu, bentuk, warna, dan kepadatan) terhadap objek-objek fisik tertentu, tetapi lebih dari pada itu merupakan suatu kompleksitas yang terdiri dari beberapa seting fisik dimana seseorang tinggal, berinteraksi dan beraktivitas. Sehubungannya dengan lingkungan fisik, pusat perhatian psikologi lingkungan adalah lingkungan binaan (built environment).
Ruang lingkup psikologi lingkungan lebih jauh membahas; rancangann (desain), organisasi dan pemaknaan, ataupun hal-hal yang lebih spesifik seperti ruang-ruang, bangunan-bangunan, ketetanggaan, rumah sakit dan ruang-ruangnya, perumahan, apartemen, museum,sekolah, mobil, pesawat, teater, serta seting-seting lain pada lingkup yang bervariasi (Proshansky, 1974).
Jenis-jenis lingkungan di dalamsosiologi lingkungan yang beberapa diantaranya juga banyak digunakan dalam psikologi lingkungan adalah (Sarwono, 1992):
1. Lingkungan alamiah (natural environment) seperti: lautan, hutan, dsb.
2. Lingkungan buatan (built environment) seperti: jalan raya, perumahan, taman, dsb.
3. Lingkungan social
4. Lingkungan yang dimodifikasi


D. Ambient Condition & Architectural Features
Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik Wrighstnab dan Deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan yang meliputi:
1. Ambient Condition
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti (sound, cahaya, warna, kualitas udara, temperature, dan kelembaban)
2. Architectural Features
Yang tercakup didalamnya adalah seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam suatu gedung architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam, dsb.


Sumber B,C,D: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1-pendahuluan.pdf

Kamis, 06 Januari 2011

Penderita TBC Lebih Rentan Kena Kanker Paru-paru

Penderita TBC Lebih Rentan Kena Kanker Paru-paru

Taichung, Taiwan, Tantangan bagi penderita tuberculosis (TBC) bukan hanya mengatasi batuk-batuk dan sesak napas. Penelitian terbaru membuktikan, infeksi bakteri penyebab
TBC meningkatkan risiko kematian akibat kanker pau-paru.

Dugaan adanya hubungan antara TBC dengan kanker paru-paru sudah lama menjadi bahan perbincangan di kalangan para ahli. Namun selama ini belum ada satupun penelitian yang membuktikan bagaimana keduanya saling berhubungan.

Baru-baru ini tim ahli dari China Medical University berhasil membuktikannya setelah melakukan pengamatan terhadap 700.000 warga China, 4.480 di antaranya didiagnosis TBC antara tahun 1998-2000. Seluruh partisipan diamati perkembangannya hingga rentang waktu antara tahun 2001-2007.

Hasilnya menunjukkan infeksi TBC meningkatkan risiko kanker paru hingga 10,9 kali lipat dibandingkan pada partisipan yang sehat. Risikonya pada penderita TBC terukur 0,263 persen, sementara pada orang sehat hanya 0,0241 persen.

"Risiko kanker paru-paru bahkan bisa lebih tinggi lagi, menjadi 16 kali lipat jika TBC disertai penyakit pulmonari obstuktif kronis (PPOK)," ungkap salah satu peneliti, Dr Chih-Yi Chen seperti dikutip dari AFP, Kamis (6/1/2011).

Risiko kematian akibat kanker paru-paru juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan adanya infeksi TBC. Pada penderita TBC, risikonya sebesar 0,511 persen, sementara pada orang sehat risikonya jauh lebih kecil yakni 0,082 persen.

Penelitian ini belum berhasil memastikan faktor apa yang menyebabkan keduanya saling berhubungan. Namun setidaknya, temuan ini menguatkan dugaan para ahli selama ini bahwa memang ada hubungan antara TBC dengan kanker paru-paru.

Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam Journal of Thoracic Oncology edisi bulan Januari 2011.

sumber: http://www.detikhealth.com/read/2011/01/06/093159/1540287/763/penderita-tbc-lebih-rentan-kena-kanker-paru-paru?ld991106763

Takaran Konsumsi Gula dan Garam yang Pas Buat Tubuh

Takaran Konsumsi Gula dan Garam yang Pas Buat Tubuh

Jakarta, Gula dan garam banyak menjadi musuh bagi berbagai penyakit
serius, terutama tekanan darah tinggi dan diabetes. Tapi gula dan garam tetap dibutuhkan oleh tubuh. Berapa batas maksimal asupan gula dan garam yang sehat setiap hari?

Asupan gula dan garam yang sehat dan tidak melebihi batas asupan harian tetap dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

Gula atau glukosa berfungsi untuk memberi energi sel-sel tubuh, sedangkan garam atau natrium berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan serta mengatur saraf dan otot agar berfungsi dengan baik.

Asupan gula harian

Dilansir Guardian, Kamis (6/1/2011), berdasarkan rekomendasi British Nutrition Foundation, batas maksimal asupan gula harian untuk orang dewasa normal adalah 90 gram atau tidak lebih dari setengah cangkir.

Jumlah 90 gram gula tersebut sudah termasuk semua jenis gula, baik gula murni maupun gula buatan, juga yang berasal dari makanan atau minuman yang mengandung gula.

Bila orang mengonsumsi gula melebihi asupan harian yang direkomendasikan, tubuh akan meningkatkan keluarnya kalsium melalui urine, menyebabkan karies gigi dan beberapa penyakit berat seperti diabetes dan komplikasinya seperti jantung.

Jika seseorang mengonsumsi gula lebih dari 100 gram, maka bisa menurunkan kemampuan sel darah putih untuk membunuh bakteri atau virus jahat dalam tubuh sebesar 40 persen. Sistem kekebalan tubuh akan mulai berkurang 30 menit setelah makanan dikonsumsi dan akan terus berkurang hingga selama 5 jam.

Asupan garam harian

Dr Susan Jebb, Kepala Gizi dan Penelitian Kesehatan MRC di kantornya Cambridge seperti dikutip Timesonline, mengatakan konsumsi garam yang direkomendasikan untuk orang dewasa sebesar 6 gram atau setara dengan satu sendok teh.

Dengan konsumsi garam 6 gram per hari, bisa mengurangi risiko stroke 13 persen dan risiko penyakit jantung 10 persen.

Asupan garam memang perlu dibatasi agar terhindar dari penyakit tekanan darah seperti stroke dan jantung. Namun, terlalu sedikit garam dapat menyebabkan gangguan mental, ketidakmampuan berkonsentrasi dan dalam kasus yang ekstrem bisa berakibat fatal mengalami hiponatremia.

Pakar kesehatan sepakat untuk memberikan rekomendasi penggunaan garam berdasarkan usia, yaitu sebagai berikut:

0-6 bulan 1 gram
7-12 bulan 1 gram
1-3 tahun 2 gram
4-6 tahun 3 gram (setengah sendok teh)
7-10 tahun 5 gram
11-14 tahun 6 gram
Dewasa 6 gram (satu sendok teh).

sumber: http://www.detikhealth.com/read/2011/01/06/082904/1540244/766/takaran-konsumsi-gula-dan-garam-yang-pas-buat-tubuh?ld991106763

Plus Minus Minum Susu Kedelai

Plus Minus Minum Susu Kedelai

Jakarta, Banyak orang yang beralih ke susu kedelai karena alergi terhadap laktosa, yang merupakan karbohidrat utama dalam susu sapi. Tapi susu kedelai tak semuanya bermanfaat bagi tubuh. Apa saja plus dan minus minum susu kedelai untuk kesehatan?

Susu kedelai adalah pengganti bagi orang-orang yang alergi terhadap susu sapi. Secara teknis, susu kedelai bukanlah susu seperti pada susu sapi, melainkan minuman yang terbuat dari sari kacang kedelai. Susu kedelai juga populer di kalangan vegetarian, karena bahan dasarnya yang berasal dari tumbuhan.

Susu kedelai bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga dapat meningkatkan risiko tertentu. Dilansir Livestrong, Kamis (6/1/2011), berikut plus minus dari kebiasaan minum susu kedelai:

Manfaat minum susu kedelai

1. Pengganti susu sapi yang sehat
Susu kedelai merupakan alternatif yang sehat sebagai pengganti susu sapi dan susu kambing. Susu kedelai adalah sumber protein yang baik, mengandung semua asam amino esensial, ditambah lagi memiliki asam lemak esensial, kolin, vitamin, mineral dan fitonutrien.

Susu kedelai juga mengandung 42 kali jumlah mangan seperti halnya susu sapi. Mangan diperlukan untuk pembentukan tulang. Orang dengan anemia memerlukan mangan untuk penyimpanan besi.

Susu kedelai mengandung empat kali lebih banyak jumlah thiamin (vitamin B1) dan hampir dua kali jumlah niasin (vitamin B3) dibandingkan dengan susu sapi. Susu kedelai juga berisi lebih banyak magnesium, tembaga dan mangan dari susu sapi.

2. Menurunkan kolesterol jahat
Susu kedelai tidak bebas lemak. Susu kedelai memiliki 2 persen lemak lebih sedikit dari susu sapi, tapi tidak mengandung kolesterol jahat.

Karena susu kedelai terbuat dari kacang, susu ini berisi sekitar 9 kali lebih sedikit lemak jenuh dibandingkan susu sapi. Selain itu, susu kedelai memiliki 10 kali lebih banyak asam lemak ketimbang susu sapi, yang merupakan lemak sehat.

Susu kedelai bebas kolesterol. Selain itu, susu kedelai dapat mengurangi kolesterol jahat LDL dan mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Susu kedelai juga menyediakan perlindungan tambahan untuk hati dengan phytochemical, yang berlimpah dalam susu kedelai.

Bahaya minum susu kedelai

1. Mengurangi kesuburan pria
Susu kedelai mengandung fitoestrogen isoflavon, yakni zat dalam kedelai yang mirip dengan hormon estrogen dan dapat mempengaruhi keseimbangan hormon seks pada pria maupun wanita dan dapat mengurangi kesuburan pada pria.

Menurut penelitian Jorge Chavarro, MD, Sc.D yang telah diterbitkan pada Human Reproduction tahun 2008 mengungkapkan bahwa asupan makanan tinggi kedelai, termasuk susu kedelai, dapat mengurangi konsentrasi sperma.

Selain isoflavon, kedelai juga mengandung genistein dan daidzein, yang keduanya juga bertindak mirip estrogen dan dikenal sebagai fitoestrogen (estrogen yang diproduksi tanaman).

Kelebihan hormon estrogen pada pria secara nyata dapat menyebabkan pembesaran payudara (ginekomastia), melambat pertumbuhan rambut jenggot dan menghilangnya rambut di tangan dan kaki. Yang paling buruk, kelebihan estrogen dapat menyebakan gangguan ereksi.

Efek ini akan terasa lebih besar untuk pria yang kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan pria kurus.

2. Efek samping dari kacang kedelai hasil rekayasa genetika
Menurut Departemen Pertanian US, sekitar 93 persen dari seluruh tanaman kedelai yang ditanam di Amerika Serikat berasal dari tanaman rekayasa genetika.

Susu kedelai yang berasal dari kacang kedelai hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan risiko penyakit atau efek samping, seperti kesulitan pencernaan, masalah jantung, disfungsi tiroid, memodifikasi struktur uterus dan ovarium, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi.

sumber: http://www.detikhealth.com/read/2011/01/06/073223/1540214/766/plus-minus-minum-susu-kedelai?ld991106763

Kinect Xbox Lampaui Ekspektasi Microsoft

Kinect Xbox Lampaui Ekspektasi Microsoft

Jakarta - Kinect, sensor gerak untuk kendali game di konsol Xbox 360 ternyata laku keras. Hanya dalam waktu 60 hari sejak dipasarkan secara global, kontroler game besutan Microsoft itu laku sebanyak 8 juta unit.

Seperti dikutip dari engadget, Kamis (6/1/2011), Microsoft mungkin tak menyangka kontroler game anyarnya itu begitu diminati gamer. Sebab, angka penjualan yang berhasil dicapai ternyata 3 juta unit lebih banyak dari ekspektasi semula.

Selain mengumumkan pencapaian Kinect yang menakjubkan, Microsoft juga menyatakan bahwa selama enam bulan terakhir di Amerika Serikat, konsol Xbox 360 telah berhasil dipasarkan sebanyak 50 juta unit.

Perusahaan yang berbasis di Redmond itu juga mengungkapkan, ada 30 juta gamer yang terdaftar sebagai member yang terhubung online dalam Xbox Live

sumber: http://www.detikinet.com/read/2011/01/06/145945/1540594/654/kinect-xbox-lampaui-ekspektasi-microsoft

Menteri Malaysia Akui Adanya Ideologi Militan di Kampus-kampus

Menteri Malaysia Akui Adanya Ideologi Militan di Kampus-kampus

Kuala Lumpur - Menteri Dalam Negeri Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein mengakui keberadaan ideologi militan di universitas-universitas negeri itu berdasarkan laporan yang diterima badan-badan intelijen asing dan lokal.

Namun dikatakan petinggi negeri jiran itu, situasi saat ini masih terkendali dan tidak mempengaruhi keamanan nasional.

"Itu masih terkendali karena tidak berdampak pada keamanan negara ataupun mendatangkan ancaman segera, meski kita tak bisa acuh tak acuh soal itu," ujar Hishammuddin seperti dikutip harian Malaysia, New Straits Times, Kamis (6/1/2011).

"Jika ideologi-ideologi tertentu menimbulkan ketakutan akan militansi ataupun kekerasan, maka kita akan mengambil tindakan tanpa ragu-ragu," tegasnya.

Menurut Hishammuddin, ideologi radikal di kalangan mahasiswa Malaysia itu termasuk ekstremisme Islam dan separatisme Tamil.

Dikatakan Hishammuddin, kementeriannya juga bekerja sama dengan badan-badan asing termasuk Biro Investigasi Federal Amerika Serikat atau FBI, intelijen Inggris, intelijen Australia dan intelijen Arab Saudi untuk mengatasi masalah ini.

Otoritas Malaysia menangkap lebih dari selusin orang tahun lalu atas dugaan mereka terlibat dalam aktivitas teroris. Mereka yang ditangkap termasuk seorang dosen asal Suriah dan seorang warga Malaysia yang diduga mencoba merekrut para mahasiswa untuk bergabung dalam jaringan teroris Jemaah Islamiyah.

sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/01/06/143250/1540574/10/menteri-malaysia-akui-adanya-ideologi-militan-di-kampus-kampus

Air Kelapa dan Pepaya Bisa Hilangkan Bekas Jerawat

Air Kelapa dan Pepaya Bisa Hilangkan Bekas Jerawat

Jakarta, Hal yang paling menjengkelkan dari jerawat adalah bekasnya yang sukar dihilangkan. Membasuh muka dengan air kelapa muda atau menggunakan masker pepaya dapat membantu menghilangkan bekas jerawat.

Air kelapa dikenal sebagai minuman penghilang dahaga yang menyegarkan. Selain itu, jika diolah dengan benar air kelapa juga dapat mengobati berbagai penyakit kulit seperti jerawat, eksim, luka bakar dan mencegah keriput.

Air kelapa mengandung berbagai unsur makro dan mikro. Elemen makro adalah karbon dan nitrogen. Unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol. Unsur nitrogen berupa protein, tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin dan serin.

Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mineral mikro yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ion besi (Fe), tembaga (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S).

Bila diperiksa lagi, dalam air kelapa juga mengandung berbagai vitamin, antara lain vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, biotin, riboflavin, dan sebagainya.

Berkat kandungan gizi yang tinggi, beberapa penyakit yang berhubungan dengan kulit seperti jerawat, eksim, luka bakar dan mencegah keriput dapat dibantu dengan air kelapa.

Dilansir eczematreatmentremedies, Kamis (6/1/2011), untuk menghilangkan jerawat dan bekasnya, air kelapa dicampur dengan parutan kunyit kemudian rendam selama 3 malam.

Setelah direndam, saring rendaman tersebut untuk mendapatkan airnya. Campuran air tersebut bisa dibasuhkan ke wajah dan digunakan untuk membantu menghilangkan jerawat dan juga bekas jerawat yang membandel.

Selain air kelapa, buah pepaya juga bisa membantu menghilangkan bekas jerawat.

Pepaya (Carica papaya) yang mengandung papain, yakni enzim yang dapat mengurangi peradangan, dapat digunakan sebagai masker atau dikonsumsi untuk dapat membantu mengurangi jerawat dan menghilangkan bekasnya.

Jika pepaya digunakan sebagai masker, pepaya yang sudah dihaluskan bisa dioleskan pada wajah. Biarkan masker mengering selama 15 sampai 20 menit, kemudian dicuci dengan air bersih.

Masker pepaya ini bisa membuka pori-pori kulit yang menyumbat dan menghilangkan minyak, serta sel-sel kulit mati dari kulit. Pepaya juga bisa dikonsumsi langsung sebagai jus atau buah untuk mendapatkan hasil kulit yang sehat.

sumber: http://www.detikhealth.com/read/2011/01/06/144754/1540583/766/air-kelapa-dan-pepaya-bisa-hilangkan-bekas-jerawat

Kamis, 06/01/2011 15:02 WIB Percobaan Bunuh Diri Oleh Perempuan Banyak Tidak Berhasil

Kamis, 06/01/2011 15:02 WIB
Percobaan Bunuh Diri Oleh Perempuan Banyak Tidak Berhasil

Jakarta, Percobaan bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh perempuan, tapi keberhasilan bunuh diri justru lebih tinggi pada laki-laki. Perempuan yang bunuh diri kebanyakan gagal.

"Percobaan bunuh diri pada perempuan 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki, tapi keberhasilan bunuh diri lebih tinggi terjadi pada laki-laki," ujar Dr.Suryo Dharmono, SpKJ (K) staff pengajar Bagian Psikiatri FKUI/RSCM, dalam acara Media Edukasi dengan tema 'Kalangan Profesional Rentan Depresi?' di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (6/1/2010).

Dr Suryo menuturkan hal ini karena laki-laki cenderung memilih metode bunuh diri yang agresif seperti loncat dari gedung, menusuk diri atau menembakkan kepala dengan pistol.

Sedangkan perempuan cenderung memilih cara bunuh diri yang lebih lembut atau soft, seperti minum pil tidur atau memutus urat nadi yang tingkat keberhasilannya lebih rendah.

Tingginya percobaan bunuh diri pada perempuan disebabkan oleh tingkat depresi yang 2 kali lipat lebih tinggi. Secara biologis perempuan rentan mengalami perubahan hormonal yang terjadi setiap siklus bulanannya, serta secara konstitusi sosialnya perempuan memiliki beban yang lebih banyak atau berada dalam kondisi yang penuh tekanan.

Saat ini bunuh diri terkesan menjadi tren. Hal ini karena banyaknya pemberitaan mengenai peristiwa seseorang yang bunuh diri, sehingga orang melihat bunuh diri itu sesuatu yang mudah. Padahal bunuh diri ini tidak gampang dan banyak faktor yang berpengaruh.

"Sebaiknya media tidak mengekspos peristiwa bunuh dirinya, tapi cari tahu kisah di balik kejadian bunuh diri ini. Dan sekarang tren bunuh diri sudah berubah, kalau dulu orang bunuh diri dengan Baygon, tapi sekarang dengan cara loncat dari gedung," ungkapnya.

Dr Suryo menambahkan kalau seseorang sudah mengungkapkan keinginan atau pikiran untuk bunuh diri, maka segeralah hubungi teman atau keluarganya untuk mengajaknya berbicara. Karena dorongan untuk bunuh diri akan berkurang jika seseorang mengungkapkannya atau dorongan bunuh diri dikenali.

Porsi yang paling besar dari pemicu bunuh diri adalah depresi dan kalangan yang rentan terkena depresi adalah remaja dan usia lanjut karena adanya konflik mengenai peran atau identitas diri.

Gejala yang menunjukkan seseorang mungkin mengalami depresi adalah jika suasananya murung, sering merasa sedih tanpa alasan yang jelas, mengeluh atau menghindar bertemu orang lain tanpa alasan yang jelas.

Jika depresinya ringan, maka hanya dibutuhkan konseling, tapi jika depresinya sedang atau berat biasanya memerlukan bantuan obat minimal selama 6 bulan.

"Dalam seumur hidup seseorang, ia memiliki kemungkinan mengalami depresi sebesar 10 persen. Tapi kesempatan ini bisa dielakkan dengan cara memiliki rutinitas yang jelas dalam hidupnya," ujarnya.

Jika depresi ringan yang dialami seseorang didiamkan, maka nantinya bisa mengganggu aktivitas seperti gangguan tidur, makan atau gangguan fisik berat. Dan pada orang yang memang memiliki riwayat depresi bisa memiliki kecenderungan menjadi depresi berat.

sumber: http://www.detikhealth.com/read/2011/01/06/150204/1540595/763/percobaan-bunuh-diri-oleh-perempuan-banyak-tidak-berhasil

Susah Buang Air Besar (BAB)

Susah Buang Air Besar (BAB)
Susah buang air besar atau sembelit atau konstipasi dapat diartikan sebagai gangguan pada pergerakan saluran cerna bawah sehingga menimbulkan kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar yang berkurang.
Seringkali sembelit dapat sembuh dengan sendirinya atau hanya karena perubahan jenis makanan yang dimakan, tetapi sembelit juga dapat merupakan bagian dari penyakit atau kelainan yang timbul pada saluran cerna bawah.

Penyakit atau kelainan pada saluran cerna bagian bawah antara lain :
1. Sumbatan pada usus akibat fungsi saraf yang terganggu
2. Deverticulitis yang terjadi akibat lemahnya dinding usus
3. Iskemia arteri mesenteric yang memperdarahi usus
4. Syndrome usus iritabel
5. Colitis ulceratif atau radang disertai ulkus pada usus
6. Hemorrhoids atau ambein
7. Fissure anal atau luka pada lubang dubur
8. Penyakit hirschprung (ukuran usus yang sangat besar)
9. Awal kanker usus besar (pada usia > 45 tahun)
10. Idiopatik/tidak diketahui

Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi pergerakan saluran cerna bawah :
1. Diabetes mellitus
2. Multiple sclerosis
3. Hypothyroidism

Kebiasaan yang salah atau stress antara lain :
1. Kebiasaan menahan keinginan buang air besar
2. makanan yang kurang sehat
3. asupan cairan yang kurang (normalnya min. 1,5 liter per hari)
4. cemas yang kronik
5. Stress yang tiba-tiba dan hebat
6. Kurang olah raga
7. Sering mengkonsumsi obat seperti :
- obat mag yang mengandung aluminium atau kalsium
- Antikolinergik
- Obat anti nyeri (analgesic)
8. Penggunaan berlebihan dari obat pencahar
9. Penggunaan narkoba terutama jenis morfin dan turunannya
10. Efek samping dari terapi radiasi atau operasi pada daerah rectum-anus yang mengeni saraf.

Diantara semua penyebab yang ada maka kebiasaan hidup yan salah atau stresslah yang paling sering menimbulkan sembelit tanpa mengurangi kemungkian akibat penyakit pada saluran cerna bawah dan penyakit sistemik.

Bila penyebab sembelit adalah pada saluran cerna atau penyakit sistemik maka pengobatan disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya.
Diterbitkan di: Juni 11, 2010 Updated: Oktober 04, 2010


sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2012574-susah-buang-air-besar-bab/

Rabu, 05 Januari 2011

Desain Terbaru Sepatu Dr. Martens Dengan Kulit Metalik

Desain Terbaru Sepatu Dr. Martens Dengan Kulit Metalik
Posted on 10 Sep 2009 at 6:19pm

Siapa yang tidak kenal dengan merk yang satu ini. Bahkan di era 90an sepatu ini begitu digandrungi oleh anak-anak muda di Indonesia. Hingga saat ini pun masih banyak penggemar fanatik untuk merk yang satu ini. Bagi anda yang tidak terlalu suka dengan model sepatu Dr. Martens, tunggu dulu, sampai anda melihat seperti apa bentuknya. Saya yakin banyak dari anda yang jatuh cinta dengan produk yang satu ini.

Produk ini diberi nama Raf Simons x Dr. Martens, karena berkolaborasi dengan desainer ternama asal belgia Raf Simons. Sepatu ini memiliki 2 tipe, yaitu 3 hole untuk yang jenis pendek dan 8 hole untuk yang jenis panjang. Yang membuat berbeda dengan model-model sebelumnya adalah selain memiliki warna seperti biasanya, jenis ini juga menggunakan kulit-kulit dengan warna metalik yang unik, sehingga tampil lebih elegan, namun tidak kehilangan sentuhan jiwa muda.

sumber: http://divadivo.net/desain-terbaru-sepatu-dr-martens-dengan-kulit-metalik/

Wanita dengan Payudara terbesar di Dunia

Wanita dengan Payudara terbesar di Dunia
Houston, Sheyla Hershey, model asal Brazil yang diklaim sebagai pemilik payudara terbesar di dunia. Tapi saat ini ia harus berjuang agar bisa mempertahankan hidupnya akibat komplikasi yang diderita.

Hershey telah 30 kali menjalani operasi plastik untuk pembesaran payudara. Namun setelah ditemukan adanya infeksi Staph yang berat di kedua payudaranya, dokter terpaksa harus melakukan operasi untuk mengeluarkan implan di payudaranya.

Dengan mengeluarkan implan yang di payudaranya, dan ada kemungkinan payudara perempuan berusia 30 tahun ini juga akan diangkat. Hal ini dikarenakan dokter khawatir infeksi yang ada akan masuk ke dalam aliran darahnya sehingga dapat mengancam hidup Hershey.
“Saya mengalami demam yang tinggi dan menyakitkan ditambah dengan saya tidak bisa bernapas dengan benar. Hal itu sungguh mengerikan, saya harus berada di atas tempat tidur sepanjang hari dan tidak bisa bangun,” ujar Hershey, seperti dikutip dari Foxnews, Kamis (15/7/2010).

Pada tahun 2009, Hershey dilaporkan memiliki ukuran payudara 38 KKK dan diberikan penghargaan serta masuk ke dalam Guinness Book of World Records sebagai perempuan dengan payudara terbesar di dunia.

Tapi semakin banyak benda asing yang dimasukan ke dalam tubuh, maka akan semakin banyak masalah yang bisa menghampirinya. Masalah yang umumnya terjadi pada perempuan dengan payudara besar akibat operasi adalah mengalami infeksi, rasa sakit dan juga kontraksi.

Namun keluhan yang paling umum setelah memperbesar payudara adalah mengalami sakit punggung dan leher. Sakit tersebut disebabkan karena tubuh harus menahan gaya gravitasi yang terlalu besar akibat ukuran payudara yang terlalu berat.

Karena itu memiliki ukuran payudara yang terlalu besar bukan akan membuat seseorang terlihat lebih seksi, tapi akan mendatangkan masalah bagi perempuan tersebut.

sumber: http://akhatam.com/wanita-dengan-payudara-terbesar-di-dunia/

Blackberry Ponsel Radiasi Tertinggi !

Blackberry Ponsel Radiasi Tertinggi !
Blackberry Bold 9700 Onyx adalah Ponsel dengan Radiasi Tertinggi!

Radiasi ponsel sering anggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan, salah satunya kanker otak. Sebuah riset oleh Environmental Working Group (EWG) menampilkan daftar ponsel dengan tingkat radiasi paling tinggi. dan rendah.

Riset yang dilakukan EWG berfokus hanya pada sejumlah ponsel yang lagi naik daun di pasar USA. Menurut daftar rating radiasi ponsel 2010 tersebut, beberapa ponsel yang menyajikan fitur canggih ternyata memiliki emisi radiasi yang tinggi.

Wirelessandmobilenews terbitkan studi dari EWG yang menobatkan Blackberry Bold 9700 Onyx dan Motorola Droid sebagai ponsel yang memiliki tingkat radiasi paling tinggi. Berikut daftar ponsel beradiasi tinggi yang dilansir EWG .
Daftar Ponsel dengan Radiasi Tinggi

1. Blackberry Bold 9700, AT&T, T-Mobile,1.55 W/kg
2. Motorola Droid, Verizon Wireless, 1.50 W/kg
3. LG Chocolate Touch (VX8575), Verizon Wireless,1.46 W/kg
4. HTC Nexus One by Google, T-Mobile, 1.39 W/kg
5. Apple iPhone 3G S, AT&T, 1.19 W/kg
6. Samsung Instinct HD (SPH-M850), Sprint,1.16 W/kg
7. Motorola CLIQ with MOTOBLUR, T-Mobile,1.10 W/kg
8. Samsung Mythic (SGH-A897), AT&T,1.08 W/kg
9. Pantech Impact, AT&T, 0.92 W/kg
10. Motorola Brute i680, Sprint, 0.86 W/kg

Selama ini kami memang merasa kenapa Blackberry Bold 9700 Onyx kami sering membuat speaker compuetr kami mengeluarkan suara gelombang pada saat dekat dengan computer, padahal Javelin 8900 dan Bold 9000 kami tidak pernah melakukan hal itu. Sekarang terbukti oleh riset Environmental Working Group (EWG)
Daftar Ponsel dengan Radiasi Rendah :

1. Sanyo Katana II [Kajeet]
2. Samsung Rugby (SGH-a837) [AT&T]
3. Blackberry Storm 9530 [Verizon Wireless]
4. Samsung I8000 Omnia II [Verizon Wireless]
5. Samsung Propel Pro (SGH-i627) [AT&T]
6. Samsung SGH-t229 [T-Mobile]
7. Helio Pantech Ocean [Virgin Mobile]
8. Sony Ericsson W518a Walkman [AT&T]
9. Samsung SGH-a137 [AT&T, AT&T GoPhone]
10. LG Shine II [AT&T]

Jadi buat pengguna Blackberry Bold 9700 Onyx (termasuk BerryIndo.com) harus berhati hati menggunakan Blackberry tersebut. Buat user Blackberry Storm 9530 lebih aman :-)

Untuk yang mempertanyakan apakah jumlah radiasi ada pengaruh dengan operator yang disebutkan di daftar yang ada sebutkan AT&T, Verizon Wireless dll… jawaban nya tidak.
Radiasi Blackberry Lainnya

Tentunya, jika jenis Blackberry anda tidak disebut diatas, bukan berarti Blackberry anda aman tanpa radiasi. Karena Blackberry anda belum dicoba! Maka selalu berhati hati dan Baca Tips untuk kurangi bahaya radiasi ponsel Blackberry anda! Baca Radiation Level Blackberry Bold Onyx Tour Curve Storm
Tips Untuk Kurangi Bahaya Radiasi Ponsel Blackberry Anda!

Disini beberapa cara untuk mengurangi bahaya radiasi Ponsel anda:

1. Usahakan jangan letakan ponsel terlalu dekat telingga /otak
2. Gunakan Speaker phone pada saat menggunakan ponsel
3. Gunakan headset / earpiece pada saat berkomikasi
4. Jangan letak ponsel dalam satu ranjang pada saat tidur (ini yang agak susah buat user Blackberry :-) )
5. Usahakan jangan masukan ponsel di kantong, tapi ditas (hanya bisa buat wanita) buat pria mungkin di pasang dekat pinggang daripada kantong
6. Jika akan berbicara lama, gunakan telephone umum daripada ponsel.

Juga baca di Guide to Reduce Mobile Phone Radiation Exposure atau Tips Mengurangi Radiasi Ponsel

Sebenarnya, blackberry user tidak usah panik, karena radiasi tertinggi Blackberry Bold 9700 Onyx = 1.55 W/kg seperti yang di laporkan di Blackberry dengan radiasi tinggi. Walaupun sangat tinggi, angka tersebut masih dibawah limit radiofrequency radiation safety limits (1.6 W/kg) yang di set oleh Federal Communications Commission (FCC).

Anyway, biasanya kami juga menggunakan blackberry untuk Blackberry Messenger, dan Push Email dan jarang gunakan sebagai ponsel voice call bukan? :-) jadi tidak akan dekat dengan telingga kami :-) Ikutilah panduan dan tips tersebut diatas…

Anda punya tips lainnya? Silakan posting di kotak komentar dibawah.

Indahnya Berbagi…

Blackberry News lainnya silakan browse category Blacberry News atau portal Blackberry News

NB: EWG is a nonprofit research organization headquartered in Washington, DC, with offices in Oakland, Ca. and Aimes, IA, that uses the power of information to protect human health and the environment.


Source: Blackberry Ponsel Radiasi Tertinggi ! | BerryIndo.com http://www.berryindo.com/blackberry-ponsel-radiasi-tertinggi/#ixzz1AEt9rK9G
Copyright: www.BerryIndo.com

sumber: http://www.berryindo.com/blackberry-ponsel-radiasi-tertinggi/

Mengatasi Keputihan dan Gangguan Menstruasi Secara Alami Label: keputihan, menstruasi, alami.

Mengatasi Keputihan dan Gangguan Menstruasi Secara Alami
Label: keputihan, menstruasi, alami.

Ada banyak gangguan kesehatan yang khas dialami oleh perempuan, antara lain adalah keputihan dan gangguan menstruasi. Untuk mengatasinya juga sudah banyak obat - obatan yang disediakan oleh berbagai produsen obat. Tapi jika anda tertarik mencoba dengan cara alami, mungkin alternatif berikut ini bisa anda coba.

Keputihan. Pada kondisi yang normal, vagina dapat mengeluarkan cairan yang berasal dari rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbau. Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina berlebihan, keadaan tersebut disebut keputihan.

Selama kehamilan, menjelang menstruasi, pada saat ovulasi, dan akibat rangsangan seksual, vagina cenderung lebih banyak mengeluarkan cairan, gejala tersebut masih termasuk normal. Namun apabila cairan yang keluar berlebihan, terkadang menimbulkan rasa gatal, dan bau tidak sedap maka perlu diwaspadai.

Penyebab keputihan antara lain: infeksi oleh mikroorganisme (jamur Candida albicans, bakteri Neisseria gonorrhoea, parasit Trichomonas vaginalis), gangguan keseimbangan hormon, stres dan kelelahan kronis, peradangan alat kelamin, benda asing dalam vagina, atau merupakan gejala adanya penyakit dalam organ kandungan seperti kanker rahim, dan sebagainya.

Alternatif mengatasi keputihan dengan cara alami menurut Hembing dalam buku yang ditulisnya adalah: 15 lembar daun sirih dicuci dan direbus dengan 2 liter air hingga mendidih, hangat-hangat airnya digunakan untuk mencuci vagina beberapa kali sehari.15 gram kulit delima kering + 10 gram sambiloto kering + 20 gram kunyit (diiris-iris), dicuci bersih lalu direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari.

Gangguan Menstruasi. Menstruasi merupakan pendarahan bulanan yang berasal dari pelapis rahim melalui vagina pada wanita yang seksual dewasa dan tidak hamil. Lamanya pendarahan menstruasi rata-rata berlangsung antara 3-5 hari dengan siklus rata-rata 28 hari. Dalam kondisi normal, menstruasi tidak menyebabkan gangguan yang cukup berarti.

Namun pada sebagian wanita, menstruasi terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menjadi sangat menyiksa karena rasa sakit yang luar biasa (dymenorrhoea).

Terlambat haid atau menstruasi yang tidak teratur juga patut diwaspadai karena itu berarti telah terjadi abnormalitas pada siklus menstruasi.Rasa nyeri yang timbul selama menstruasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya faktor ketidakseimbangan hormon, yaitu terjadinya peningkatan sekresi hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan.

Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan karena adanya gangguan hormon ataupun faktor psikis, seperti stress, depresi, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon.

Alternatif mengatasi gangguan menstruasi dengan cara alami menurut Hembing dalam buku yang ditulisnya adalah: 30 gram temu lawak (diiris-iris)+ 15 gram bunga mawar merah + 15 gram daun dewa + 10 gram umbi teki kering, semua dicuci bersih dan direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari.

sumber: http://www.dechacare.com/Mengatasi-Keputihan-dan-Gangguan-Menstruasi-Secara-Alami-I425.html