Senin, 21 Februari 2011

Pendekatan Teori dan Metode Penelitian Psikologi Lingkungan

A. Pendekatan Teori Psikologi Lingkungan

A. Beberapa teori

Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan antara lain adalah : Teori Arousal,Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Teori Tingkat Adaptasi,Teori Stres Lingkungan, dan Teori Ekologi.

1.Teori Arausal (Arousal Theory)
Arousal (Pembangkit).Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah.Beberapa teori telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut.Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian terpenting dari emosi.Contohnya, tingkat yang tinggi dalam keterbangkitan adalah dalam kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah adalah kesedihan dan depresi ( Dwi Riyanti dan Prabowo, 1997).
Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu ketentuan tertentu.Mandler menamakan teorinya sebagai toeri interupsi.Interupsi pada masalah seperti dikemukan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan pengalaman emosional.Suatu hal yang dapat kita petik dari teori ini adalah bahwa orang dapat memperlihatkan perubahan emosi secara ekstrim, misalkan bergembira atau bergairah pada suatu saat, dan mengalami pengalaman perasaan dukacita atau amarah pada saat yang lain.
Teori Arousal dalam Psikologi Lingkungan.Dalam Psikologi Lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tingkat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah.
Makin tingi tingkat arousalnya akan menghasikan kinerja yang tinggi pula ( Sarwono, 1992).
Sebagai gambaran lain Veicth dan Arkkelin (1995) member contoh bahwa perubahan kinerja amat beragam pada peningkatan suhu pada pekerja wanita dan pekerja tambang.

2. Teori Beban Stimulus ( Stimulus Load Theory)
Titik sentral dari teori beban stimulus adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi.Ketika input melebihi kapasitas, maka orang cenderung untuk mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian perhatian lebih banyak kepada hal yang lain ( Cohen dalam Veitch dan Arkkelin, 1995 ).Teori ini bertanggung jawab terhadap respon-respon stimulasi lingkungan dalam kaitannya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan bertransaksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan,Umumnya stimulus tertentu yang paling penting diperhatikan dengan alokasi waktu yang banyak dan stimulus yang kurang penting umumnya diabaikan ( Sarwono, 1992; Veitch dan Arkkelin, 1995).
Strategi yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang diprioritaskan atau diabaikan pada suatu waktu tertentu akan menentukan reaksi positif atau negative terhadap lingkungan.Contoh stimulus yang berlebihan adalah pemandangan suatu kota yang terlalu banyak manusia dan kendaraan, maka orang yang tinggal di kota besar sering mengeluh jenuh, bosan. Alienasi, dan sebagainya (Sarwono, 1992).

3. Teori Kendala Perilaku (Behavioral Constrain Theory)
Teori kendala perilaku memfokuskan kepada kenyataan atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan.Teori ini berkeyakina bahawa dalam suatu situasi tertentu seseorang benar-benar kehilangan beberapa tingkatan kendali terhadap lingkungan (Veitch dan Arkkelin, 1995).
Sarwano (1992) memberikan contoh misalnya ketika kita sudah tahu bahwa jalanan terlalu macet pada jam-jam tertentu, maka kita cenderung berusaha mencari alternatif jalan lain.jikalau jalan alternatif tersebut dan terjadi beruang-ulang, maka kita akan mengalami putus asa atau tidak berdaya.Ketidakberdayaan inilah yang disebut Learned helplessness ( keridakberdayaan yang dipelajari).

4. Teori Tingkat Adaptasi
Teori tingkat adaptasi adalah dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimalkan perilaku.Stimulus yang berlebihan atau sama halnya yang terlalu kecil dianggap dapat mempengaruhi hilangnya emosi dan tingkah laku.Dua proses yang terkait dalam hubungan interaksi manusia terhadap lingkungan yaitu adaptasi dan adjustment.Adaptasi adalah mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan.Misalnya, udara dingin yang menyebabkan terjadinya otot kaku dan menurunnya aktifitas motorik.Sementara adjustment adalah mengubah lingkungan agar menjadi sesuai dengan lingkungannya.Misalnya, dalam keadaan dingin bisa saja orang membakar kayu untuk memanaska tubuhnya (Sarwono, 1992 ; Veitch dan Arkkelin, 1995).Salah satu cara tersebut dilakukan seseorang agar tercapai keseimbangan dengan lingkungannya (homeostatis).
Menurut Sarwono (1992) terdapat 3 kategori stimulus yang dijadikan acuan dalam hubungan lingkungan dengan tingkah laku, yaitu :
Stimulus fisik yang merangsang indra (suara, cahaya, suhu udara)
Stimulus sosial
Gerakan
Dari ketiga stimulus tersebut, masing-masing mengandung tiga dimensi lagi yaitu : intensitas, diversitas, dan pola, dimana ketiga dimensi ini yang paling menyenangkan adalah yang tidak terlalu kecil/sedikit/lemah dan tidak juga teralu besar/banyak/kuat.Dalam hal intensitas misalnya suara yang tidak terlalu keras lebih menyenangkan dibandingkan suara yang keras atau terlalu lemah.Dalam hal divestitas (variasi rangsangan), terlalu banyak rangsangan atau sedikitnya rangsangan ternyata tidak menyenangkan.Dalam hal pola, barangkali rangsangan yang terlalu berstruktur (bangunan berderet rapi dan monoton) adalah sama-sama tidak menyenangkan dengan lingkungan kumuh yang sama sekali tidak teratur.

5. Teori Stres Lingkungan
Teori stress menekankan pada mediasi peran-peran fisiologi, emosi, dan kognisi dalam interaksi antara manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan pengindraan manusia dimana suatu respon stress terjadi terhadap segi-segi lingkungan yang melebihi tingkat optimal.Reaksi waspada dapat berupa peningkatan denyut jantung atau peningkatan fungsi adrenalin, sementara reaksi penolakan dapat berupa tubuh menggigil kedinginan atau berkeringat kepanasan (Sarwono, 1992).
Sebagai suatu bentuk coping, ketika individu akan bereaksi terhadap stresor, individu harus menentukan terlebih dahulu strategi berupa menghindar, menyerang, secara fisik atau verbal, atau mencari kompromi (Sarwono, 1992).

6. Teori Ekologi
Seting perilaku menurut istilah Roger Barker ( dalam Veitch dan Arkkelin,1995) adalah evaluasi terhadap kecocokan antara lingkungan dengan perilaku yang terjadi pada konteks lingkungan tersebut.
Menurut Roger Barker (dalam Sarwono, 1992) tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan atau sebaliknya, melainkan kedua hal tersebut saling menentukan dan tidak dapat dipisah-pisahkan, yang istilahnya adalah seperti jalan dua arah (two way street) atau interdependensi ekologi.Suatu hal yang unik pada teori Barker adalah pola tingkah laku kelompok (bukan individu) yang terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu).


B. Metode Penelitian
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995) terdapat tiga metode penelitianyang lazim digunakan di lapangan psikologi lingkungan, yaitu eksperimen laboratorium,studi korelasi, dan eksperimen lapangan.

A. Eksperimen Laboratorium
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti memiliki perhatian terutam yang berkaitan dengan tingginya validitas internal.Metode ini memberi kebebasan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variabel yang diasumsikan menjadi penyebab dengan cara mengontrolkondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variabel-variabel yang mengganggu ( extraneous variables).Metode ini pada umumnya melibatkan pemilihan subjek secara random dalam kondisi eksperimen.maksudnya adalah bahwa setiap subjek memiliki kesempatan yang sama dalam setiap kondisi eksperimen.Dengan cara ini variasi-variasi individu pada subjek penelitian dapat dijadikan alasan adanya perbedaan hasil penelitian, serta adanya kepercayaan yang lebih besar untuk menyimpulkan bahwa hasil peneitian adalah manipulasi-manipulasi dari variabel bebas.
B. Studi Korelasi
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi, maka seorang peneliti dapat meggunakan variasi-variasi dari metode korelasi.Dalamn studi korelasi kita pada umumnya melaporkan hal-ha yang menglibatkan pengamatan alami dan tehnik penelitian survai.Untuk mudahnya menggambarkan kesimpulan yang jelas, maka dapat dibandingkan bahwa eksperimen laboratorium meminimalkan validitas internal tetapi sering kali validitas internalnya lemah.
C. Eksperimen Lapangan
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin menyeimbangkan antara validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratorium dengan validitas eksternal yang dapat dicapai melalui studi korelasi, maka ia boleh menggunakan metode campuran yang dikenal dengan istilah eksperimen lapangan.
Para peneliti mengembangkan kontrol terhadap variabel, menjaga validitas eksternal pada tingktan tertentu, dan mencoba menemukan percobaan yang lebih realitis guna mendukung suatu penelitian yang baik.Sebagai contoh, seorang peneliti dapat memanipulasi temperatur di dalam kereta api bawah tanah pada tingkat kepadatan penumpang tertentu untuk mengungkap kemungkinan adanya pengaruh dari varibel-variabel tersebutterhadap perilaku penumpang berupa memungut kertas yang secara tiba-tiba dengan sengaja dijatuhkanoleh eksperimenter.
Pada analisis akhir, seorang peneliti harus menentukan tujuan spesifik penelitian dan kemudian memilih metode yang paling layak sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.Strategi yang dapat dikembangkan adalah dengan menggunakn beragam metode untuk mengkaji suatu masalah.Hasil ini akan mempertemukan beberapa gambaran yang lebih jelas dari hubungan-hubungan antar varibel (Veitch dan Arkkelin, 1995).
D. Tehnik-tehnik pengukuran
Agar suatu penelitian akan menjadi ilmiah diperlukan pengamatan-pengamatan yang menggunakan kritteria tertentu, yaitu :
Berlaku umum dan dapat diulang-ulang
Dapat dikembangkan menjadi skala pengukuran
Memiliki standar validitas dan reliabiltas
Berikut ini akan disajikan beberapa tehnik pengukuran yang telah beberapa krteria berupa mudah dibuat, mudah dalam administrasinya, mudah skoringnya, dan mudah diinterpretasikan.Beberapa tehnik tersebut antara lain adalah Self report yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan skala penilaian (Veitch dan Arkkelin, 1995).
1. Self Report
Metode yang paling sering digunakan dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan individu adalah self report.Dengan cara ini, responden ditanya oleh peneliti hal-hal yang berkaitan dengan opini, kepercayaan, perilaku, sikap, dan perasaan.Prosedur self report terdiri dari beragam tehnik yang meliputi kuesione, wawancara dan skala penilaian (rating scale).
2. Kuesioner
Kuesioner adalah pengembangan yang luas dari tehnik paper and pencil self report.Butir (item) umumnya diformulasikan berupa pertanyaan dan dapat pula berupa jawaban faktual (seperti gender, usia, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, dan sebagainya) sebagaimana halnya respon-respon sikap (seperti emosi, nilai-nilai dan kepercayan).
3. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dirancang utnuk memperoleh informasi yang dapat dikualifikasikan atau pengumpulan data dan informasi dengan cara berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
4. Skala Penilaian
Skala penilaian adalah skala yang memiliki beragam bentuk, termasuk di dalamnya adalah checklist,deskripsi verbal dua kutub, dan skala deskrepsi nonverbal.


Sumber: Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Makalah Kuliah (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar